Pery Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia menyebutkan UMKM merupakan komponen penting dalam perekonomian Indonesia. Demikian ia mengatakan hal tersebut dalam webinar “Sinergi UGM dan KAGAMA 6 : Pemberdayaan UMKM Di Tengah Pandemi Covid-19”, hari Minggu (4/4/2021). Sumbangsih UMKM sudah tidak perlu diragukan lagi dalam neraca perdagangan di Indonesia. UMKM merupakan ujung tombak dalam memasarkan aneka produk hasil karya anak bangsa Indonesia dan upaya untuk mendorong UMKM untuk terus berkarya dengan kreativitas dan inovatif harus terus didukung. Masa pandemi Covid-19 yang berimbas kepada sektor ekonomi termasuk didalamnya UMKM menjadi perhatian Bank Indonesia dalam upaya pemulihan ekonomi Indonesia.
“Alhamdulillah Indonesia kuat dalam menghadapi gelombang pandemi Covid-19 dengan optimisme. Ke depannya Bank Indonesia beserta pemerintah Indonesia secara tanggap dalam pemulihan ekonomi negara dengan prediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 bergerak antara 4,3 – 5,3 % dengan proyeksi pertumbuhan dengan APBN pada angka 5%. Kinerja pertumbuhan Indonesia membaik dikarenakan kenaikan ekspor baik dari ekspor dari sumber daya alam, produk manufaktur termasuk produk-produk UMKM. UMKM merupakan soko guru perekonomian Indonesia.” ujar alumnus Fakultas Ekonomika Bisnis UGM tersebut.
Menurut Perry, pertumbuhan ekonomi bisa dimanfaatkan oleh UMKM sebagai peluang meraih potensi serta tantangan. Dunia digital yang menjadi tantangan sekaligus peluang untuk dimanfaatkan dalam mendorong pemulihan ekonomi Indonesia. Sumbangsih UMKM sebesar 57% pada PDB perekonomian Indonesia.
“Sudah semestinya UMKM diberikan kemudahan dalam aspek produksi, pembiayaan dan digitalisasi produk. Penyerapan tenaga kerja oleh sektor UMKM selalu diatas angka 90 %. Sehingga perlu kerjasama dan gotong royong antar lembaga dalam memberdayakan UMKM.” ujar pria yang menjabat sebagai Ketua KAFEGAMA tersebut.
Perry menambahkan ada lima hal yang dilakukan oleh pemerintah dalam mendorong pemberdayaan UMKM yakni pertama, UMKM menjadi bagian dari penerima manfaat bantuan sosial terdampak pandemi seperti Program Keluarga Harapan (PKH), bantuan sosial tunai, kartu prakerja dan subsidi listrik. Kedua, Insentif pajak yang diberikan kepada UMKM dengan memberikan stimulus pajak. Ketiga, melalui KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) memberikan relaksasi kredit bagi UMKM dengan mekanisme penundaan pembayaran dan subsidi bunga serta program penjaminan kredit. Keempat, perluasan kemudahan pembiayaan modal kerja baik melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan program-program kredit lainnya. Kelima, memberikan kebijakan-kebijakan afirmatif dari pemerintah baik dari Pemerintah Pusat, kementrian dan lembaga, Bank Indonesia dan pemerintah daerah termasuk didalamnya Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia.
“Bank Indonesia memiliki 4 tahapan dalam menyusun peta jalan UMKM yakni, UMKM potensial, UMKM success/link to market and finance, UMKM go digital, serta UMKM go expert. Dengan ruang lingkup ruang lingkup pengembangan produk UMKM meliputi pengembangan produk volatile food, local economic development serta Wirausaha Bank Indonesia (WUBI). Pada aspek percepatan akses, pengembangan didorong dari akses financial, market, knowledge network, serta inovasi dan digitalisasi.” ujar Perry.
“Selain beberapa aspek tersebut, penguatan korporatisasi, penyempurnaan akurasi informasi dan data, optimalisasi koordinasi yang intensif antar kementerian/lembaga, peningkatan pemanfaatan inovasi dan teknologi, serta menciptakan ekosistem yang mendukung, merupakan bagian dari faktor pendorong keberhasilan pengembangan UMKM di Indonesia yang akan senantiasa dibangun oleh Bank Indonesia.” pungkas Perry menutup paparannya. [arma]
*) Materi webinar selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel: