Selama ini Nitilaku dikenal sebagai salah satu kegiatan yang tak terpisahkan dari rangkaian peringatan Dies Natalis UGM. Sudah menjadi tradisi bertahun-tahun, Nitilaku secara ritual ritual digelar pawai jalan kaki dari keraton menuju kampus Bulaksumur sebagai simbolisasi sejarah bahwa kelahiran UGM dimulai dari Siti Hinggil atas jasa Keraton Yogyakarta. Namun karena kondisi pandemi, pada tahun 2020 lalu pawai ditiadakan, dan pada tahun 2021 Nitilaku diadakan secara hybrid.
Di tahun 2022 ini, Nitilaku kembali hadir dalam wujud fisik secara penuh, namun dengan konsep yang sedikit berbeda. Meski begitu tetap tidak lupa mengusung nilai-nilai sejarah yang menjadi bagian dari perkembangan UGM sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi.
Jika biasanya Nitilaku identik dengan pawai budaya, pada tahun ini diisi dengan rangkaian acara seperti panggung kesenian dengan konsep street performance, dan Pasar Kangen sebagai wadah silaturahmi serta nostalgia para alumni dan civitas UGM. Panggung untuk pentas tersebar di 2 lokasi, yaitu 5 titik di sepanjang jalan Malioboro dan 2 titik di dalam kampus. Lalu jika sebelumnya hanya digelar sehari saja, kali ini diadakan dua hari dari pagi sampai malam.
“Nitilaku tahun ini memang agak sedikit berbeda konsepnya tapi intinya adalah untuk mengenang kembali perjuangan UGM mencerdaskan kehidupan bangsa. Ada hal yang ingin ditonjolkan yaitu kebersamaan, gotong royong, dan inklusivitas dari UGM untuk semesta,” kata Rektor UGM, Prof. Ova Emilia yang hadir di Lapangan Pancasila, Minggu (18/12/2022).
Prof. Ova menambahkan ada kebanggaan tersendiri ketika melihat hubungan alumni yang sangat erat dan guyub dalam berbagai kreativitas dan inspirasinya. Semangat dari para alumnilah yang diharapkan hadir dalam momen Nitilaku yang menjadi satu kesatuan dengan peringatan Dies Natalis UGM.
“Peran alumni sangatlah penting. Terima kasih atas keterlibatan juga peran serta semua pihak dalam Nitilaku. Semoga kegiatan yang sarat makna sejarah dan budaya ini mampu memberi manfaat dan memperkuat kontribusi kita bagi universitas dan juga kehidupan sosial masyarakat,” ujar Prof. Ova.
Pasar Kangen yang berada di Lapangan Pancasila menjadi salah satu daya tarik utama bagi pengunjung atau peserta Nitilaku, karena menghadirkan berbagai makanan dan minuman zaman dulu, dolanan bocah, dan menampilkan seni tradisi yang bervariasi.
“Mari kita songsong dan kita tradisikan kebersamaan ini menjadi sebuah ruang refleksi untuk mengenang sejarah perjalanan UGM dan juga kontribusi sinergis terhadap perkembangan universitas hingga saat ini,” pungkas Prof. Ova.
Pada kesempatan yang sama, Sekjen PP Kagama, AAGN Ari Dwipayana, mengatakan bahwa inisiatif yang diambil dalam penyelenggaraan Nitilaku dengan berbagai unsur menarik di dalamnya adalah sesuatu yang membanggakan sekaligus memberi makna. Nitilaku menurutnya mengingatkan segenap alumni kepada perjalanan Universitas Gadjah Mada dan berbagai inspirasi yang muncul di dalam perjalanan tersebut.
“Hari ini alumni UGM di seluruh penjuru Nusantara dipanggil untuk kembali ke kampus, untuk mengenang kembali perjalanan kehidupan masing-masing saat kuliah dulu. Nitilaku mengingatkan kita pada sebuah perjalanan yang tidak harus diidentikkan dengan perjalanan fisik saja, namun juga perjalanan spiritual,” ucap Ari.