Oleh: Ganjar Pranowo
Adanya pandemi covid-19 menjadi tugas kita bersama untuk menanggulanginya. Sebagai warga Kagama kita semua harus ikut berkontribusi, berbagi cerita serta pengalaman, dan mencari metodologi terbaik dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat.
Kedisiplinan menjadi kunci penting, namun faktanya saat ini tingkat penolakan terhadap protokol kesehatan yang ada lumayan tinggi. Penyebabnya bisa berupa karena sudah merasa bosan terkungkung selama ini di rumah, atau bisa jadi karena tingkat literasi yang rendah. Seperti yang terjadi di kalangan pedesaan, warganya seperti menganggap corona tidak mungkin ada di desanya. Juga mereka sengaja mengabaikan karena ketidaktahuan atau atau ada informasi yang keliru.
Harus diakui pada awal-awal pandemi semuanya miskin informasi tentang virus varian baru yang menyerang, sehingga terjadi kebingungan pada akar rumput. Lalu barulah kita mencari tahu dan banyak perdebatan terjadi akibat kesimpangsiuran informasi yang tidak jelas. Semua menjadi bingung mau berbuat apa sehinnga akhirnya terjadi salah penanganan. Seperti penyemprotan disinfektan yang sebenarnya kurang tepat dan menyimpan resiko jangka panjang.
Menjelaskan pemahaman yang benar kepada masyarakat ternyata butuh proses panjang. Dibutuhkan edukasi, transformasi tiada henti dan juga yang penting harus selalu ‘cerewet’. Untuk masyarakat awam tidak perlu penjelasan yang muluk-muluk karena mereka belum tentu paham. Serta tekanan ekonomi dan sosial yang luar biasa sudah membuat mereka tidak bisa berpikir jernih.
Pandemi corona ini tiba-tiba mengingatkan akan pentingnya kemandirian kita sebagai sebuah bangsa. Saat kebutuhan APD dan masker melonjak tajam kita menjadi kelimpungan karena ada banyak ketergantungan kepada bahan baku dari luar. Belum lagi masalah vaksin di mana kita belum sanggup memproduksi sendiri. Untuk itu dibutuhkan sinergi kita semua dalam menyatukan semua sumber daya yang kita miliki, untuk menyelesaikan masalah ini secara berdikari demi satu tujuan kepentingan nasional.
Pelan-pelan satu persatu permasalahan mulai bisa teratasi. Presiden mulai bersikap tegas dan jajaran di bawahnya juga serentak bergerak menyelesaikan permasalahan sosial yang timbul. Yang sangat kita butuhkan saat ini adalah data yang terintegrasi agar penyaluran bantuan tidak salah sasaran dan diterima oleh mereka yang benar-benat berhak mendapatkannya.
Pandemi corona benar-benar menguji ke-Indonesia-an, kebangsaan & nasionalisme kita. Kita tidak bisa bertindak secara parsial, namun harus berpikir secara nasional. Untuk itu dibutuhkan koordinasi yang bagus antar pemimpin daerah. Seperti peraturan PSBB yang diterapkan, para pemimpin tidak boleh terlalu kaku dalam menetapkan aturan. Karena sangat sulit mengatur pergerakan orang antar daerah, seperti ritual mudik yang selalu terjadi setiap hari lebaran.
Selain permasalahan sosial, kita juga menghadapi persoalan ekonomi yang tidak kalah pelik. Salut dan angkat jempol buat teman-teman Kagama yang bergerak atas inisiatif sendiri melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat lewat gerakan ketahanan pangan, urban farming, canthelan, dll. Yang kita butuhkan adalah keteladanan dan praktik-praktik baik secara masif. Kita tidak boleh buntu karena merasa tidak mampu. Kita harus selalu berusaha dan menemukan jalan keluar untuk setiap permasalahan yang ada. Yakinlah dengan bersatu bergerak bersama kita bisa melalui krisis akibat pandemi ini dengan baik.
*) Makalah ini disampaikan dalam ‘Seminar Online Sinergi UGM-KAGAMA Seri ke-1: Mempersiapkan Normal Baru Pengalaman Negara Lain’ Minggu 14 Juni 2020
Leave a Reply