Kagama Telekonseling 7: Menggambar untuk Bantu Atasi Kecemasan Selama di Rumah Saja

Minggu (8/8/2021), PP Kagama kembali menggelar webinar Kagama Telekonseling via Zoom Meetings. Pada seri ke-7 kali ini bekerja sama dengan Ikatan Psikologi Klinis Indonesia mengangkat tema “Menggambar untuk Bantu Atasi Kecemasan Selama di Rumah Saja”, menghadirkan dua narasumber yakni Gartika Nurani Erawan, M.Psi (Psikolog Klinis Badan Narkotika Nasional Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) dan Patrica Meta Puspitasari, M.Psi (Psikolog Klinis Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Tengah). Berkenan memberikan kata sambutan Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc.Sc., Ph.D., Wasekjen PP KAGAMA & Stafsus Menteri Perhubungan. Jalannya acara dipandu oleh Mufliha Fahmi, M.Psi. (Psikolog Klinis Puskemas Mlati 1 Sleman) sebagai moderator dan Saka Kotamara dari tim Humas Kagama sebagai MC.

Gartika Nurani Erawan, M.Psi.

Narasumber pertama, Gartika Nurani Erawan memaparkan kecemasan merupakan respon tubuh terhadap situasi yang krisis dan dinilai membahayakan untuk diri. Kecemasan menimbulkan perasaan khawatir dan takut yang bisa mempengaruhi kemampuan berpikir.

“Secara mendadak menjadi pelupa, sulit berkonsentrasi, over thinking dan susah mengambil keputusan. Seseorang dengan gangguan kecemasan memiliki ciri khas yaitu penghindaran.” imbuh Gartika.

Menurut Gartika, tanda-tanda seseorang mengalami kecemasan, di antaranya munculnya rasa tegang di beberapa bagian tubuh, detak jantung lebih cepat, dada terasa sesak, nafas tersengal-sengal, rasa tidak nyaman di tenggorokan, rasa tidak nyaman di lambung diikuti mual atau muntah, berkeringat dingin.

“Kecemasan muncul karena manusia memiliki ribuan pikiran yang terpisah-pisah layak sebuah pohon. Kemudian, fokus manusia hanya satu diibaratkan seperti kera yang berayun dari satu cabang pikiran ke cabang pikiran lainnya. Beberapa cabang pikiran tersebut melibatkan emosi, takut, khawatir. Hal ini disebut monkey mind.” jelas Gartika.

Gangguan kecemasan di masa pandemi Covid-19 merupakan suatu hal yang wajar. Menggambar bisa jadi salah satu cara membantu mengatasi kecemasan, demikian pungkas Gartika.

Patrica Meta Puspitasari, M.Psi.

Senada dengan Gartika, Patrica Meta Puspitasari sebagai narasumber kedua menjelaskan kegaiatan menggambar merupakan salah satu jenis terapi seni. Seniman Inggris Adrian Hill pada tahun 1942 menciptakan istilah ini setelah ia pulih dari penyakit tuberkulosis.

“Adrian Hill menemukan manfaat dari menggambar dan melukis sebagai upaya pemulihannya dari rasa sakit. Valuenya ada pada ketika pikiran dan jari-jari tangan menikmati proses menggambar dan proses melepaskan emosi negatif yang muncul akibat kecemasan selama menderita penyakit. Menggambar dilihat sebagai sebuah proses tidak dipandang hasil gambarnya bagus maupun jelek.” ujar Patrica.

Menurut Patrica, menggambar adalah mindfull activity. Saat seseorang mengalami kecemasan, tanda atau gejala kecemasan tersebut sulit disampaikan secara lisan. Menyembunyikan emosi negatif juga menjadi budaya dalam mengatasi kecemasan. Menggambar menjadi solusi untuk melepaskan emosi negatif dan membangun konsentrasi yang memunculkan kembali perasaan aman dan nyaman.

“Menggambar memunculkan rangsangan pada saraf dan panca indera untuk meneruskan pada otak yang mengeluarkan hormon dopamine atau hormon kebahagiaan. Sehingga seseorang kembali merasakan perasaan bahagia dan sikap optimisme pun muncul”, ucap Patrica mengakhiri paparannya. [arma]

*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*