Kagama Literasi 2: Kompetensi SDM sebagai Kunci Bersaing di Era 4.0

Sabtu, 1 Mei 2021 pukul 15:00 – 17:00, PP Kagama menggelar webinar Kagama Literasi 2 melalui aplikasi Zoom Meetings dengan tema “Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) di Era 4.0″. Webinar menghadirkan dua narasumber yaitu Wikan Sakarinto, M.Sc, Ph.D. (Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud) dan Prof. Rhenald Kasali , Ph.D. (Founder Rumah Perubahan). Kata sambutan disampaikan oleh Ganjar Pranowo, Ketua Umum PP Kagama dan penulis buku “Kompetensi SDM di Era 4.0”, AM Lilik Agung memberikan kata pengantar. Acara dipandu oleh Tri Yuli Adriana sebagai moderator dan Sri Rida Farina bertindak sebagai MC.

Ganjar Pranowo, Ketua Umum PP Kagama

Acara diawali dengan kata sambutan oleh Ganjar Pranowo, yang mengapresiasi hadirnya buku “Kompetensi SDM di Era 4.0”, serta mengajak masyarakat untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya di era 4.0 tersebut. Buku karya AM Lilik Agung tersebut berisikan data faktual tentang ekonomi, angka kemiskinan dan pengangguran. Juga menceritakan sisi menarik dari ekonom Prof. Mudrajad Kuncoro.

“Buku yang menarik dan penting untuk dipelajari dan diterapkan ilmunya. Buku yang menjelaskan bagaimana kompetensi SDM sangat penting di era 4.0.” ujar Ganjar.

Selanjutnya, penulis buku “Kompetensi SDM di Era 4.0″, AM Lilik Agung menjelaskan secara ringkas, buku karyanya dibagi dalam dua bagian yakni karakteristik 4.0 dan kompetensi di era 4.0. Karakteristik 4.0 menurut World Economic Forum dibangun atas 3 gugus penting yaitu digital, fisik dan biologi. Dibarengi pandemi Covid-19 yang secara positif mempercepat perkembangan industri 4.0. Gugus digital yang terdiri dari Internet of Things, Cloud, Big Data dan Artificial Intelligence. Gugus Fisik yang terdiri dari kendaraan otomatis, percetakan 3 dimensi, robot tingkat lanjut dan material baru. Gugus Biologi juga terdiri dari DNA dan genetika.

“Terpaan pandemi Covid-19 kemudian mempercepat perkembangan 4.0 dengan mulai menghadirkan model bisnis baru, budaya kerja dan kebiasaan baru, reskilling dan upskilling dan kompetensi baru. Dibagian kedua, kompetensi 4.0 di dalamnya terdapat karakteristik yakni, knowledge, skill, self-concept (values), traits dan motives, yang coba saya jelaskan dalam kompetensi umum dan kompetensi inti. Sehingga kompetensi SDM di era 4.0 yang harus dimiliki adalah pengelolaan manusia, keterampilan komunikasi, kreativitas-inovasi, berpikir kritis dan pemecahan masalah, pelayanan prima dan kolaborasi.” pungkas Lilik, yang merupakan alumnus FEB UGM.

Wikan Sakarinto, Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud

Narasumber pertama, Wikan Sakarinto, menjelaskan paparan materinya dengan menitikberatkan pada benang merah peran pemimpin dalam mengelola kompetensi manusianya. Lima hal penting yang harus ada dalam kompetensi yakni, visi, komunikasi, kerjasama tim, motivasi, dan pemberdayaan.

“Keterampilan komunikasi dapat fleksibel digunakan dengan pendekatan yang berbeda pada setiap generasi. Menyederhanakan yang rumit dan keluwesan berkomunikasi dalam mencapai target dan sasaran. Kompetensi kreativitas-inovasi yang dimulai dengan konsep sederhana dengan jenis inovasi yang bersifat berjenjang, radikal dan ekstrem dan mengikuti metode role dalam inovasi seperti prospector (rutin dalam inovasi produk), analyzer (amati, tiru, modifikasi), dan defender (efisien dalam lini produksi).” ujar Wikan.

Berpikir kritis dan pemecahan masalah membuat individu harus mengembangkan 5 disiplin yakni, berpikir sistematis, berusaha menjadi pribadi yang unggul, berpikir dengan pola paradigma, mempunyai visi bersama, dan berbagi dalam kelompok belajar. Dalam memecahkan masalah dan menemukan solusi dimulai dari tahapan merumuskan masalah, menganalisa masalah, menghadirkan alternatif dan solusi, mendapatkan solusi terbaik dan diakhiri mengimplementasikannya.

“Hal yang ditekankan dalam buku ini juga senada dengan upaya yang saat ini kita lakukan di bidang pendidikan vokasi yang di dalamnya ada SMK, pelatihan kerja dan pendidikan diploma satu hingga empat yang semua dibekali kurikulum yang sesuai dengan kondisi zaman yakni 4.0 dan tentukan berdaya saing dalam kompetensi.” pungkas Wikan yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Dekan Sekolah Vokasi UGM.

Prof. Rhenald Kasali, Founder Rumah Perubahan

Narasumber kedua, Prof. Rhenald Kasali memulai paparannya dengan kutipan “setiap orang ada zamannya dan setiap orang ada waktunya”. Prof. Rhenald menggunakan terminology perubahan dalam melihat sisi menarik dalam buku kompetensi SDM di Era 4.0. Prof. Rhenald mencontohkan perubahan yang terjadi pada dunia kosmetik dan fashion yang awalnya hanya berfungsi sebagai merias wajah dan menampilkan kecantikan. Hadirnya media sosial menciptakan perubahan besar yang tidak lagi berfungsi sebagai merias wajah namun berfungsi sebagai self-image atau citra seseorang dan bertransformasi menjadi lading bisnis baru sebagai influencer.

“Ide-ide perubahan lahir dari setiap generasi dan cara pandang masing-masing generasi berbeda. Seperti contoh dalam satu perusahaan yang di dalamnya ada anak muda, perusahaan tersebut dapat berkembang dengan pesat jika memberikan kesempatan dan menghadirkan peluang kepada anak muda. Anak muda memiliki hal yang cukup signifikan yakni, ide-ide segar dalam menangkap kondisi zaman, kreatifitas-inovasi serta fleksibiltas dan cepat beradaptasi.” ujar Prof. Rhenald.

Menurut Prof. Rhenald Kasali ada 3 pola yang harus dilihat dalam zona waktu untuk meningkatkan kompetensi SDM di era 4.0 diantaranya, past, present and future. Kompetensi tidak lepas dari persaingan atau kompetisi. Pertama, past competence yakni kompetensi dalam merakit, bekerja dalam satu instansi atau lembaga, melakukan kegiatan input maupun output dalam industri serta standarisasi yang dari dulu sampai sekarang masih digunakan. Kedua, present competence yang hampir sama dengan past competence. Ketiga, future competence yakni kompetensi yang akan dihadapi pada masa depan. Kualitas SDM yang harus berbeda dan lebih baik dari past dan present competence seiring perubahan di institusi atau lembaga mengikuti perkembangan zaman.

“Salah satu perusahaan yang memadukan ketiga pola tersebut adalah Gojek. Gojek sebagai platform yang menghadirkan layanan ojek yang sudah ada dari dulu hingga sekarang yang kemudian dikombinasikan dengan perkembangan digital 4.0. Banyak polemik yang muncul atas kehadiran Gojek dari soal kebijakan hingga upaya menghapus Gojek itu sendiri. Masih banyak contoh perusahaan yang mampu menggabungkan 3 pola tersebut. Di dalam buku karya AM Lilik Agung cukup gamblang dijelaskan pola-pola apa saja yang perlu dipersiapkan untuk kompetensi SDM di era 4.0.” pungkas Prof. Rhenald. [arma]

*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel: