Kagama Hortikultura (Kahorti) di bawah kepemimpinan Untung Indrasaputra di tahun 2023 ini mulai mewujudkan satu per satu program kerja yang sudah disusun tahun sebelumnya. Mengawali tahun, tepatnya tanggal 21 Januari, Kahorti bersinergi dengan Kagama Pengcab Sukoharjo mengadakan aksi bagi-bagi bibit buah-buahan kepada masyarakat Desa Krajan, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo.
Berikutnya, atas informasi Nanik Waskito, anggota Kahorti yang berdomisili di Kec. Bawen, Kab. Semarang, Kahorti mengirimkan beberapa anggotanya dan menggelar workshop budidaya pisang bawen pada event “Bawen Raya Festival (BRF) 2023”, Sabtu (11/3/2023). Total ada 11 warga Kahorti dari berbagai kota yang berangkat, yaitu Yogyakarta, Solo, Klaten, dan Ungaran.
Nanik yang merupakan salah satu inisiator festival dan terlibat dalam kepanitiaan, mengatakan pemilihan tema budidaya pisang bawen karena didasari semacam keprihatinan tentang eksistensi pisang bawen yang notabene adalah tanaman endemik asli Bawen yang sudah begitu sulit ditemukan di daerah asalnya sendiri. Menurutnya, di Bawen tidak banyak petani yang mau menanamnya. Atas dasar itulah Kahorti dengan senang hati ikut berpartisipasi, karena salah satu misi Kahorti adalah peduli pada kelestarian tanaman-tanaman yang langka di negeri ini.
Workshop diadakan di SMK Negeri 1 Bawen, tempat berlangsungnya festival. Tampil sebagai narasumber adalah Untung Indrasaputra (Ketua Kahorti), Dambung Lamuara (Bidang Pelatihan), dan Nur Prayudianto (Bidang Budidaya). Bertindak sebagai pemandu acara yaitu Nanik, selaku tuan rumah.
Tampil pertama kali sebagai narsum, Untung menyatakan pemilihan bibit sangat penting. Menurutnya, apabila bibitnya sudah cacat lebih baik tidak usah dipaksakan ditanam karena pasti akan bermasalah ke depannya.
“Jika sudah mulai tumbuh bagus dan bertunas, upayakan maksimal 3 tunas saja yang dibiarkan hidup. Agar nutrisi cukup untuk pertumbuhan pisang,” ujar Untung.
Sementara itu, Nur Prayudianto menyoroti dari segi penyakit dan hama yang bisa mengancam pertumbuhan pisang bawen. Ada beberapa penyebabnya, lanjut Nur, yaitu berupa bakteri dan jamur. Ia juga sekilas menjelaskan cara penanganannya yang efektif.
Tampil sebagai pembicara terakhir, Dambung sekedar menambahkan informasi kalau pisang bawen bukanlah jenis pisang meja tapi pisang olahan (plaintain banana). Artinya jenis pisang yang harus diolah terlebih dulu agar bisa terasa lebih lezat. Ia menambahkan, membudidayakan pisang bawen tidak begitu sulit, dan mengajak peserta workshop yang hadir untuk menanamnya.
“Pisang lokal kita, seperti pisang bawen, sangat banyak jenisnya dan jauh lebih enak dibanding pisang impor. Kalau bisa kita malah memperkenalkan pisang kita ke luar negeri. Saya melihat data yang ada kok jadi sedih. Luas pertanian kita jauh lebih luas dibanding Filipina, tapi mereka bisa mengekspor pisang dalam jumlah yang jauh lebih besar jumlahnya dibanding Indonesia. Ini harus menjadi perhatian kita semua,” pungkas Dambung.
Penyajian materi ketiga narasumbe rupanya sangat menarik antusiasme para peserta workshop. Mereka menyimak dengan penuh perhatian dari awal hingga akhir. Pada sesi tanya jawab, banyak yang bertanya sehingga harus dibatasi karena durasi acara yang terbatas. Beberapa mengucapkan terima kasih telah diajak dalam sebuah acara yang sangat bermanfaat.
Acara ditutup dengan penyerahan secara simbolik bibit pohon pisang bawen kepada peserta yang hadir. Panitia berharap agar warga Bawen tertarik menanam pohon pisang asli daerah mereka sendiri.
“Terima kasih tak terhingga kepada SMK Negeri 1 Bawen yang telah berkenan meminjamkan tempatnya. Juga matur nuwun kepada pihak Yayasan Batrasa yang telah mendukung acara BRF. Dan tak lupa salut kepada kawan-kawan Kahorti yang telah bersedia jauh-jauh datang ke Bawen untuk menyukseskan acara,” kata Nanik seusai acara workshop.
Sementara itu, Untung mengatakan Kahorti sangat mendukung event BRF dengan tema “Membangun Ekonomi, Melestarikan Alam & Budaya”, karena itu sejalan dengan salah satu misi Kahorti dalam menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan pengembangan teknologi, berkaitan dengan budidaya tanaman hortikultura kepada masyarakat luas.
“Program kerja Kahorti terdekat adalah pengembangan desa wisata & botanical garden di TAHURA Karangpandan, Karanganyar, bekerja sama dengan Kagama Jateng, Kagama Karanganyar serta Lembaga Masyarakat Desa Hutan setempat. Untuk tanggal kepastiannya masih kita bahas,” pungkas Untung.