Kagama Aceh Dilantik: Kolaborasi Strategis untuk Mewujudkan Aceh Berdaya

Kagama Aceh Dilantik: Kolaborasi Strategis untuk Mewujudkan Aceh Berdaya

BANDA ACEH — Di tengah semilir angin sore di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Sabtu (6/9/2025), sebuah momentum penting tercipta: pelantikan pengurus Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Aceh periode 2025–2030. Di hadapan para tokoh akademik, pejabat daerah, dan pemimpin komunitas, Sekretaris Jenderal Kagama sekaligus Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, secara resmi melantik M Nasir Syamaun sebagai Ketua beserta 120 pengurus Kagama Aceh.

Pelantikan ini bukan sekadar seremoni. Ia menjadi titik awal dari sebuah gerakan kolektif yang diharapkan mampu mengubah wajah Aceh. Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau yang akrab disapa Mualem, menyampaikan harapan besar kepada Kagama Aceh untuk turut serta mengangkat Aceh dari label provinsi termiskin di Sumatera. “Saya yakin, dengan kalian, kita bisa bangkit dari julukan Aceh miskin. Ini kesempatan bagi kita semua. Kita punya kekayaan alam yang luar biasa,” tegas Mualem dalam sambutannya.

Potensi Besar, Tantangan Nyata

Aceh dikenal memiliki sumber daya alam yang melimpah, namun juga menyimpan ironi: angka kemiskinan yang tinggi dan kualitas kesehatan yang masih tertinggal. Dalam konteks ini, Nezar Patria menekankan bahwa Kagama memiliki peran strategis untuk melakukan intervensi melalui program-program berbasis pengetahuan dan kolaborasi. “Hampir 80 persen alumni UGM di Aceh bekerja di birokrasi. Ini modal besar. Kagama bisa merumuskan langkah-langkah konkret untuk mendukung pemerintah,” ujarnya.

Nezar juga menyoroti pentingnya membangun Aceh yang berdaya, bukan hanya secara ekonomi, tetapi juga dalam hal tata kelola, pendidikan, dan kesehatan. “Dengan kebersamaan dan kolaborasi yang dijalin, kita bisa atasi kontradiksi yang selama ini menghambat kemajuan. Kagama Aceh harus menjadi mitra strategis dalam melihat Aceh baru,” tambahnya.

Sinergi Alumni untuk Aceh yang Lebih Baik

Ketua Kagama Aceh, M Nasir Syamaun, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Daerah Aceh, menyampaikan komitmen kuat untuk menjadikan Kagama sebagai ruang kontribusi nyata. “Kami memiliki banyak sumber daya dan para ahli yang kompeten. Kontribusi ini penting, perlu ada pemikiran dan langkah praktis serta strategis untuk menuju kondisi yang lebih baik,” katanya.

Ia menegaskan bahwa Kagama bukan hanya organisasi alumni, tetapi juga wadah pemikiran dan aksi yang bisa menjangkau ruang-ruang strategis pemerintahan dan pembangunan. “Posisi kami sebagai alumni Gadjah Mada memungkinkan kami untuk membangun kontribusi efektif di pemerintahan manapun. Kita akan berkontribusi untuk pengurangan angka kemiskinan,” pungkasnya.

Menuju Aceh yang Bermartabat

Pelantikan Kagama Aceh 2025–2030 bukan hanya menandai pergantian kepengurusan, tetapi juga membuka babak baru dalam sejarah kolaborasi antara intelektual, birokrat, dan masyarakat sipil. Dengan semangat gotong royong, Kagama Aceh diharapkan menjadi katalisator perubahan menuju Aceh yang lebih sejahtera, berdaya, dan bermartabat.

Dari Anjong Mon Mata, harapan itu kini bergulir. Bukan sekadar mimpi, tetapi sebuah komitmen bersama untuk menjadikan Aceh sebagai provinsi yang bangkit dari stigma, dan melangkah menuju masa depan yang lebih cerah.