Saling memaafkan kesalahan sangat penting dilakukan oleh kita sebagai manusia. Demikian disampaikan oleh KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha dalam tausiyah syawalan online UGM – KAGAMA 1442 H pada hari Minggu (23/5/2021) yang bisa disaksikan melalui Zoom Meetings dan disiarkan langsung lewat kanal Youtube Kagama Channel.
Gus Baha mengawali tausiah dengan mengutip hadist Nabi Muhammad SAW tentang perilaku sosial yang dianjurkan sebagai sesama umat beragama yakni, saling memaafkan. Di Indonesia, syawalan identik dengan kegiatan meminta maaf. Hal tersebut merujuk pada kata idul yang bermakna kembali. Setelah menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadan. Idul Fitri merupakan hari raya di mana seseorang kembali suci dan bersih. Kembali pada kondisi fitri, membuat seseorang akan mendapatkan ganjaran surga karena berstatus sebagai hamba Allah.
“Jika kita mempelajari ilmu fisika tentu kita harus belajar dan latihan agar mengerti dan memahami fisika tersebut. Begitupun dengan beriman kepada Allah SWT, perlu belajar dan latihan terus-menerus untuk mencapai keridhaan Allah SWT. Ibarat jam tangan dan secarik kertas, secara materi fisik jam tangan dari besi lebih kuat daripada secarik kertas. Namun di hadapan Allah SWT bisa jadi secarik kertas lebih hebat daripada jam tangan dari besi tersebut.” ungkap Gus Baha.
Dalam beragama dan berilmu diperlukan sikap tawadhu. Tawadhu merupakan sikap atau watak rendah hati dan tidak sombong baik secara rasa maupun secara ilmu. Sikap tawadhu selalu diiringi dengan keikhlasan. Dari hikmah tawadhu secara rasa dan ilmu tersebut, akan membuat seseorang menjadi mudah memberikan dan meminta maaf. Memberi dan meminta maaf merupakan bagian dari beriman kepada Allah.
“Dalam berbuat kebaikan pun pasti ada kesalahan. Meminta maaf itu tetap diperlukan sebagai sebuah perilaku sosial. Meminta ampunan dari Allah adalah kebutuhan manusia.” demikian pungkas Gus Baha. [arma]
*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:
Leave a Reply