Oleh: Rofiki Hasan
Ubud, Bali – Suasana desa Sayan pada hari Sabtu (8/10/2022) lain dari biasanya. Meski hujan deras sempat menerpa, kemeriahan sudah terasa sejak pukul 06.00 WITA pagi. Ratusan orang tampak bersemangat menyusuri desa di kawasan Ubud ini.
Yang menjadi magnet adalah kehadiran Ketua Umum PP Kagama Ganjar Pranowo yang diampingi istrinya Siti Atiqoh Supriyamti. Tampak pula dalam rombongan Rektor Kagama Ova Emilia, Bupati Gianyar Agus Mahayastra, Sekjen PP Kagama AAGN Ari Dwipayana, serta Ketua Kagama Bali IGN Agung Diatmika.
Para tokoh itu berbaur dengan warga dan anggota Kagama Bali yang mengikuti acara ‘Sayansation’ sebagai bagain dari event Desa Wisata ‘Sayan Rumaket’. Tour diawali dengan kunjungan ke Beji Sudamala, dimana terdapat pahatan relief di tebing sungai karya para seniman dari Desa Sayan.
Ganjar pun sempat menorehkan pahatan huruf ‘G’ di tebing ini. “Saya sangat tertarik berkunjung di sini, karena reliefnya dibuat saat pandemi dimana banyak warga yang kehilangan pekerjaan. Ini menjadi cara yang kreatif dari warga disini melepaskan tekanan,” pujinya.
Menurut para seniman, relief itu pun berkisah mengenai Rsi Markandya, seorang tokoh spiritual yang juga dikenal di Dieng, Jawa Tengah.
Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan menikmati kuliner legendaris di desa Sayan Warung ‘Men Juwel’ dan berakhir di Taman Baca Ubud. Di tempat ini, digelar pameran dari karya pelukis beraliran ‘Young Artist’ yang merupakan keunikan desa Sayan. Di lokasi ini, Kagama Bali pun menggelar kegiatan donor darah dan operasi katarak dengan dukungan John Fawcet Foundation.
Diskusi Bangkit dan Pulih dari Desa
Di lokasi Taman Baca pun kemudian digelar Bincang Desa Wisata dengan tema ‘Bangkit dan Pulih dari Desa’. Selain Ganjar Pranowo dan Rektor UGM Ova Emilia, diskusi yang dipandu alumni UGM yang kini menjadi Dosen Universitas Udayana, Sukma Arida, juga menghadirkan Warek III UGM Arie Sujito dan pendiri event internasional Bali Spirit Festival, Kadek Gunarta.
Ganjar menyebut, Bali sejatinya adalah inspirasi bagi daerah-daerah lain dalam pengembangan pariwisata. “Didiamkan saja, Bali itu sudah indah. Tapi dengan berbagai event yang ada, apalagi dengan inisiatif komunitas dan warga desa, sudah pasti akan lebih baik,” katanya.
Dia mendukung upaya Kagama Bali untuk terlibat dalam pengembangan desa-desa wisata guna merespons tantangan-tantangan baru yang dihadapi masyarakat. Menurutnya, masih banyak pula desa-desa di Bali yang potensinya bisa dipromosikan apalagi dengan kecenderungan wisatawan untuk menikmati keindahan alam dan budaya.
Sementara Kadek Gunarta menyebut, seiring perkembangan Ubud yang meliputi Desa Sayan menjadi daerah wisata internasional, sejumlah masalah pun muncul. Dua hal yang menonjol adalah kemacetan dan masalah sampah. “Ini yang kini menjadi tantangan dan desa-desa di Ubud harus bisa merespons untuk ikut memecahkan masalah,” sebutnya.
Sekjen PP Kagama, AAGN Ari Dwipayana mengharapkan acara Sayan Rumaket bisa menginspirasi desa-desa lain di Bali, bahkan di seluruh Indonesia untuk menjaga seni budaya yang mengakar dalam masyarakat desa. “Apabila perlu, Sayan Rumaket bisa diperluas menjadi Bali Rumaket atau Indonesia Rumaket,” ujarnya.
Rektor UGM, Ova Emilia menyatakan, UGM memiliki komitmen yang kuat untuk mulai membangun dari desa. Setiap tahunnya sekitar 10 ribu mahasiswa diterjunkan melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) termasuk di Bali. Tahun ini juga akan diperkuat adanya program KKN Komunitas agar mahasiswa bisa benar-benar membantu memecahkan masalah di desa.
Sementara Wakil Rektor III, UGM Arie Sujito menyatakan, penguatan desa-desa di Indonesia akan menentukan wajah Indonesia di masa depan. Diharapkan desa-desa bukan hanya bisa mengatasi masalah-masalah kongkrit seperti kesejahteraan, pelestarian lingkungan dan lain-lain. Tapi juga masalah toleransi dan keberagaman sebagai wujud Kebhinekaan.
Perbekel (Kepala Desa-red) Sayan, Ubud, I Made Andika menyatakan, sangat mengapreasi masukan-masuk dari UGM dan Kagama. Ide untuk mewujudkan Sayan Rumaket pun berasal dari keinginan untuk menyatukan keberagaman dari banjar (dusun) yang ada di Desa Sayan menjadi potensi untuk dikembangkan bersama-sama.
Acara diskusi diakhiri dengan penyerahan buku-buku mengenai desa Sayan kepada para tokoh, promosi alat pengolahan air hujan menjadi air minum, penyerahan bantuan alat pemecah bambu dari Kagama untuk Komunitas Pelestari Hutan Bambu, penandatanganan MOU antara Kagama dengan John Fawcet Foundation untuk program operasi katarak, serta kegiatan melukis bersama Ganjar dengan tema burung Garuda. (*)