Oleh: Puji Fery Susanti
Saya tergerak bikin canthelan setelah melihat teman-teman Kagama di berbagai wilayah di Indonesia melakukan gerakan canthelan yang awalnya dipelopori oleh mbak Ardiati Bima di Yogyakarta. Lokasi canthelan saya di Gang Manggis XXI No 12. Tanjung Duren Selatan, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Pada hari Jumat (29/5/2020) adalah hari keempat saya bikin canthelan. Rencana kemarin hendak saya isi kantong canthelan dengan sarden, bumbon, dan telur masing-masing 2 butir. Tetapi pagi sekali ada bapak-bapak baik berjingkat ke rumah dan membawa beberapa unting bayam.
“Saya cuma mau nyumbang daun saja, bu. Semoga bermanfaat! Nitip nggih bu!” ujar bapak yang baik hati tersebut.
Raut wajah bapak ini begitu sumringah di usianya yang senja. Saya bahkan tidak mengenalnya karena dia tidak berasal dari lingkungan tempat tinggal saya. Kami bercakap-cakap singkat, kabarnya ia pernah lewat sekali depan rumah saya saat mengantar istri berbelanja ke pasar Kopro.
Akhrinya beberapa telur saya skip dulu buat canthelan besok. Dan saya belum menambah jumlah canthelan, hanya kisaran 7-10 saja sekali canthel. Hal ini dikarenakan lingkungan rumah kebanyakan orang-orang yang mampu, para peranakan Tionghoa yang sudah sepuh, pensiunan yang diopeni anak cucu, atau pemilik toko baju dan plastik di pasar Kopro. Saya mengantisipasi warga dari kampung Mandalika yang sering lewat depan rumah untuk ke Jalan Manggis. Rerata merekalah warga yang kerap mengambil jatah canthelan.
Meskipun rumah sering disambangi driver ojol karena saya buka resto jamu online, kebanyakan dari mereka enggan mengambil canthelan. Pernah beberapa kali di antara mereka ada yang bertanya, “Ini gratis ya?”
Saat saya atau pegawai jamu menjawab bahwa itu boleh diambil kalau masnya butuh, para driver ini malah menjawab, “Buat yang lain saja. Saya sudah rame orderannya. Alhamdulillah sudah cukup rezeki.”
Leave a Reply