Pentas Kolaborasi Adiswara dengan Sekar Gendhing Damai Pagi pada Dies Natalis ke-58 Fakultas Filsafat UGM

Pentas Kolaborasi Adiswara dengan Sekar Gendhing Damai Pagi pada Dies Natalis ke-58 Fakultas Filsafat UGM

YOGYAKARTA – Paduan Suara Adiswara Gadjah Mada menghadirkan warna baru dalam perjalanan musikalnya. Kali ini, Adiswara tampil dalam Festival Karawitan yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis ke-58 Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada pada 19-20 Juli 2025 di Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta. Dalam kesempatan ini, Adiswara berkolaborasi dengan Kagama Sekar Gending (KSG) Damai Pagi, menghadirkan paduan antara harmoni vokal dan kekayaan bunyi tradisional karawitan.

Sebanyak 22 orang anggota Adiswara ambil bagian dalam pertunjukan yang menjadi pengalaman pertama mereka tampil dengan iringan penuh gamelan. Kolaborasi ini menjadi penanda penting dalam sejarah Adiswara, yang selama ini lebih dikenal melalui sajian paduan suara dengan iringan alat musik konvensional atau a capella.

Penampilan mereka membawakan tiga karya pilihan yang memiliki kekuatan musikal dan filosofis. Lagu pembuka adalah “Gending Sriwijaya”, lagu daerah Sumatera Selatan yang menggambarkan kemegahan masa lalu Sriwijaya, diaransemen oleh RB Sunarno WP. Komposisi ini menjadi simbol kehormatan dan kebangsaan yang sangat cocok membuka rangkaian persembahan budaya.

Lagu kedua adalah “Ilir-Ilir Pangkur”, sebuah karya tradisional Jawa yang diramu dengan aransemen oleh Damodoro Nuradyo. Perpaduan unsur tembang dan falsafah Jawa dalam lagu ini menawarkan nuansa kontemplatif dan mendalam, sejalan dengan semangat fakultas Filsafat sebagai ruang pemikiran dan kebijaksanaan.

Sebagai penutup, Adiswara akan membawakan “Jangkrik Genggong”, lagu daerah Jawa yang dikenal ceria dan enerjik. Aransemen oleh Paul Widyawan menghadirkan warna vokal yang dinamis dan komunikatif, ditopang oleh iringan karawitan yang penuh vitalitas. Ketiganya diiringi oleh komposisi gamelan dari tangan dingin Pratiwi Wibowo, pelatih Kagama Sekar Gending.

Ketua Adiswara Gadjah Mada, Fransiskus Prawito (Ito Soemardi), menyampaikan bahwa penampilan kali ini merupakan langkah baru yang membanggakan. “Untuk pertama kalinya Adiswara tampil dengan iringan karawitan. Ini bukan sekadar eksperimen musikal, tapi juga bentuk penghormatan kami terhadap kekayaan budaya tradisional Indonesia,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Prawito menyampaikan harapannya agar kolaborasi lintas komunitas Kagama ini bisa berlanjut di masa depan. “Kami sangat terbuka untuk berkolaborasi dengan komunitas Kagama lainnya dalam skala yang lebih besar. Kolaborasi seni seperti ini bisa menjadi jembatan yang mempererat solidaritas alumni lintas angkatan dan bidang,” tambahnya.

Kehadiran Adiswara dalam Festival Karawitan ini bukan hanya menambah semarak Dies Fakultas Filsafat UGM, tetapi juga menjadi contoh konkret bagaimana kolaborasi antar komunitas alumni mampu menciptakan ekspresi budaya yang segar dan bermakna. Dengan mengusung semangat inovasi tanpa melupakan akar tradisi, Adiswara dan KSG menunjukkan bahwa seni bisa menjadi ruang dialog yang inklusif, lintas usia, dan disiplin. (***)