Kebaya Putih Tak Lekang oleh Zaman

Oleh: Sitawati Ken Utami

Sepanjang usiaku dari kecil hingga dewasa, aku tidak pernah melihat ibu memakai kebaya berwarna putih polos. Sejak ibu berkeluarga hingga meninggal semua kebayanya khas Jawa sekali, hanya antara 2 kemungkinan, kebaya berbahan brokat berwarna polos atau kebaya bermotif bunga-bunga berbahan paris atau cifon. Memang bisa dimaklumi, 2 jenis kebaya tersebut di kota Yogyakarta sekitar tahun 70 – 80-an nge-trend sekali di kalangan ibu-ibu. Sementara untuk modelnya, semua kebaya ibu bermodel kebaya kutubaru yang ada kain kotak di tengah dada. Kata ibu, namanya bef.

Entahlah apakah jaman dulu, ibu-ibu di lingkungan sekitar tidak ada yang memakai kebaya putih atau memang karakter ibu yang konservatif, tidak suka mencoba hal-hal baru. Sementara aku sendiri tipe orang yang suka bereksperimen. Aku selalu tertarik segala jenis kebaya. Awal mula aku punya kebaya putih ketika pergi ke Bali tahun 2010. Aku membeli kebaya putih di pasar Badung dengan kekhasan ada bordir di punggung dan di sekeliling kerah sampai ke pinggang.

Selanjutnya aku memiliki beberapa kebaya putih, dengan berbagai model. Setidaknya satu kebaya putih memang perlu dimiliki mengingat banyak acara yang menginginkan ada dress code kebaya putih. Apa sih istimewanya kebaya putih?

Pada upacara keagamaan masyarakat Bali, seluruh perempuan diwajibkan memakai kebaya putih dengan model yang beragam. Dipadukan dengan kain batik atau tenun khas Bali ditambah dengan selendang yang melingkar di pinggang. Warna putih melambangkan kesucian. Baik perempuan Bali yang sedang melakukan ritual sembahyang maupun menari, semua memakai kebaya putih. Ketika warna putih mendominasi pura dan sekitarnya, suasana terasa sakral dan magis.

Pada upacara pernikahan, kebaya putih berbahan brokat selalu menjadi pilihan pasangan pengantin. Tidak hanya digunakan oleh pengantin umat Hindu Bali, saat ini hampir semua pengantin dari berbagai daerah, suku dan agama memakai kebaya putih. Sang pengantin perempuan terlihat anggun dan mempesona dalam prosesi ikatan suci pernikahan.

Kebaya putih pun juga menjadi ciri khas perempuan di pulau Maluku. Bahan yang dipakai pada umumnya brokat dengan variasi manset di ujung lengan dihias beberapa kancing. Konon kebaya bahan brokat berwarna putih ini dahulunya dikenakan oleh perempuan-perempuan dari kalangan keluarga kerajaan, guru, dan pendeta. Sebagai pelengkap, perempuan Maluku memakai baju dalam yang disebut dengan cole, semacam baju berlengan hingga siku dan dihiasi renda. Untuk asesoris, kebaya Ambon dilengkapi dengan peniti berwarna emas, juga memakai peding atau ikat pinggang berwarna perak. Padanan yang dipakai bersama kebaya putih yakni kain tenun atau rok bermotif warna merah.

Kebaya putih yang dipakai nona-nona Ambon Manise ini juga biasa dipakai untuk berdansa. Bersama pasangan, para perempuan memakai busana daerah yang serasi bernuansa merah dan putih. Keindahan kebaya putih ini pun mampu menginspirasi Ines Lailossa, seniman Ambon dengan menciptakan sebuah lagu berjudul “Salmaneti”. Dalam satu bait terangkai kata-kata puitis, lagu yang bercerita tentang jojaro (gadis) yang sedang menikmati keindahan alam di tepi laut.

Jujaro manis kabaya putih
Waduh bacucu ikan salmaneti
Tunggu aer naik di mata kaki
Ujung kabaya basah di meti

Selain di tanah Bali dan Maluku, kebaya putih juga mewarnai tari dari Sulawesi Utara. Para perempuan yang bergerak gemulai dalam Tari Maengket yang dikenal dari Minahasa ini sebagian besar memakai kebaya berwarna putih yang dihiasi renda di sekeliling bukaan depan. Tari ini merupakan wujud rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang dituai masyakarat.

Kisah tentang kebaya putih ini membawa ingatanku pada masa lalu, ketika banyak dipakai oleh noni-noni dan nyonya-nyonya Belanda yang mengikuti suami berdinas di kawasan Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Kebaya yang dipakai semua berwarna putih dengan hiasan renda di leher, sekeliling bukaan kebaya hingga ujung lengan. Kebaya tersebut dipadukan dengan kain batik dipakai perempuan Belanda untuk menyesuaikan iklim tropis sebagai busana yang nyaman.

Dari waktu ke waktu, kebaya putih tak lekang oleh zaman. Mewarnai berbagai momen penting perempuan Indonesia.