Hari Minggu (31/1/2021) jam 13.00 – 17.00 WIB berlangsung webinar melalui aplikasi Zoom dengan tema “Sumbangsih UGM Dalam Penanggulangan Covid-19 Melalui Penemuan Alat-alat Baru” yang merupakan hasil sinergi antara UGM dan PP KAGAMA. Webinar menampilkan 5 narasumber, salah satu di antaranya adalah Prof. dr. Sofia Mubarika. M. Med. Sc., Ph.D., Guru Besar di FK-KMK UGM.
Prof. Sofia memaparkan Rapid Test Republik Indonesia – Gadjah Mada – Hepatika – Airlangga atau disingkat (RI-GHA) merupakan inovasi uji diagnosis cepat untuk COVID-19 yang berbasis antibodi untuk mendeteksi IgG dan IgM yang diproduksi tubuh untuk melawan COVID-19. RI-GHA lahir melalui kerjasama Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk penanganan COVID-19 (TFRIC-19) yang dibentuk awal pandemi COVID-19.
TFRIC-19 dibagi dalam beberapa tim untuk menjangkau berbagai sektor yang terdampak pandemi COVID-19. UGM, Hepatika dan Unair yang tergabung dalam satu tim bekerjasama menghasilkan inovasi dalam mendiagnosis COVID-19 melalui metode RDT Antibodi. RDT Antibodi dipilih sebagai respon cepat atas masuk alat-alat kesehatan komersial dari luar negeri. Dalam waktu 2 bulan, TFRIC-19 menargetkan tim RI-GHA untuk melahirkan prototipe RDT. Tiga macam diagnosis COVID- 19 yakni PCR, Antigen dan Antibodi. Tim RI-GHA melakukan proses riset dari Maret – Mei 2020 yang dimulai dari tahapan pendanaan, Desain & Prototyping, Validasi Data, Registrasi ke Instansi Terkait, Tahapan Produksi dan diakhiri pada Tahapan Distribusi RDT IgG/IgM COVID-19 buatan Indonesia.
RDT RI-GHA terdiri dari kaset rapid tes, petunjuk penggunaan, kapas swab, pipet kapiler, lanset dan buffer. Keunggulan RDT RI-GHA buatan Indonesia diantaranya alat mudah digunakan, praktis dan cepat mengetahui positif atau negatif COVID-19, biaya terjangkau, dan membantu dalam mitigasi penanganan COVID-19. RDT RI-GHA mempunyai IgM dengan sensitivitas sebesar 91,89% dan spesifitas 95,45 % serta IgG dengan sensitivitas 92,31 % dan spesifitas 94,19 %. Kemudian, 22 Juni 2020, RI-GHA diperkenalkan ke publik melalui BPPT RI (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) bersama Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta. Hadirnya alat rapid test dan PCR buatan dalam negeri yang bisa diproduksi sebanyak 100 ribu per hari. Sehingga nantinya dapat memenuhi kebutuhan dalam melacak penyebaran COVID-19. RDT RI-GHA juga telah di distribusikan ke berbagai wilayah di Indonesia diantaranya Malang, Banyumas, Makassar, Yogyakarta dan Bali.
Sofia menjelaskan Indonesia belum memiliki kurva epidemiologi. Angka screening di Indonesia masih dibawah standar WHO. Pengembangan Rapid test berbasis Lateral Flow Immunochromattography (LFI) dengan menggunakan antigen S dan N untuk mendeteksi IgM dan IgG terhadap SARS CoV 2 diperlukan untuk mencapai angka screening yang ditetapkan oleh WHO. Menurut Sofia, Test Antibodi dan Sero Surveilliance yang dilakukan bermanfaat sebagai “early warning system” sebagai peringatan kesehatan publik, membantu strategi dan kebijakan publik sebagai data awal yang dapat digunakan sebagai acuan kebijakan kesehatan public seperti vaksinasi serta memonitori kondisi epidemiologi. Sehingga pada masa pandemi berlangsung inovasi alat-alat kesehatan mendapatkan momentum kebangkitan inovasi dan teknologi dan pekerjaan rumah pasca pandemi membuat masyarakat sadar akan gaya hidup sehat, ikut menjaga keseimbangan ekosistem serta Revitalisasi Aspek Kesehatan di Indonesia. [arma]
*) Materi bisa dilihat di kanal Youtube Kagama Channel: