Touring, Camping & Sharing, Kagama 4×4 Jelajah Sumbing

Oleh: Erwan Widyarto

Kagama 4×4 Adventure kembali beraksi. Selama 3-6 Maret 2022, salah satu wadah Kagama komunitas ini, menggelar kegiatan touring, camping dan sharing. Touring dimulai dari Jakarta. Menuju Magelang, dan kemudian menyebar ke daerah masing-masing asal anggota untuk nyekar dan silaturahmi dengan keluarga. Ada yang kembali ke Jogja, Solo, Sragen, Purworejo, Temanggung, Banjarnegara dan sebagainya.

Camping dilakukan di Dlengkong Homestay yang ada di Lereng Sumbing, Genito, Windusari, Magelang. Di lokasi ini, selain tersedia penginapan bambu, juga ada camping ground untuk tenda-tenda. Ada 10 tenda digelar untuk menampung anggota Kagama 4×4 dan keluarganya yang siap nenda. Rombongan dari Jakarta ini, saat camping (menginap) ditambah anggota rombongan dari Jogja dan Banyumas.

Suasana hangat terbangun di kawasan dingin Sumbing ini. Nuansa kekeluargaan khas Kagama, gojekan-gojekannya, memunculkan memori saat di Kampus Bulaksumur. Apalagi pemilik DLengkong Homestay dan Pawon Teh Tudung juga warga Kagama dan anggota komunitas Kagama 4×4. Hal itulah yang membuat suasana akrab terjalin kendati anggota Kagama 4×4 berasal dari berbagai fakultas yang ada di UGM.

Rombongan Kagama 4×4 ini sampai di lokasi menginap Dlengkong Homestay beberapa saat menjelang Magrib. Mereka langsung menikmati welcome drink is-tea-mewa dari Pawon Teh Tudung yakni teh telang jeniper dan kopi Sumbing. Udara sejuk. Suhu sekitar 20 derajat Celsius.

Ramah tamah di malam pertama ini dihangatkan oleh organ tunggal (elektone) dari kru Pawon Teh Tudung. Sekadar sambutan selamat datang dari Tri Fatah Suryono, mewakili manajemen Pawon Teh Tudung dan DLengkong Homestay. Dan kemudian sepatah kata dari Ketua Kagama 4×4, Heri Budiarsa. Saat ramah tamah ini juga dijelaskan run down kegiatan Kagama 4×4 selama Jelajah Sumbing.

Malam itu, mereka menikmati menu brongkos khas Pawon Teh Tudung dengan lauk tempe bacem, empal dan kerupuk. “Wah, saya ngimpi makan brongkos tempat e Mbak Carik, Parakan eh… di sini ketemu brongkos yang enak sekali. Benar-benar mimpi yang jadi kenyataan, “ seloroh salah seorang peserta touring.

Puas dengan nyanyi-nyanyi, guyon-guyon, main gaple, mereka pun masuk ke kamar dan tenda masing-masing. “Wow, tendaku VIP. Ada kasurnya komplet,“ teriak istri salah satu peserta touring, camping & sharing ini begitu melihat fasilitas tenda.

“Sudah ada air minumnya juga!“ sambung suaminya. Seakan mengingatkan istrinya yang membawa beberapa botol air minum kemasan untuk tidak perlu repot-repot beli air minum.

Rupanya, fasilitas untuk tamu reguler memang tenda dengan kasur, bantal guling, air minum, dan tempat mandi air panas/dingin. Juga gula, teh, kopi. Tapi, ada juga paket tenda kosongan. Hanya fasilitas tenda dengan matras dan sleeping bag saja.

Saat bangun pagi, dari tempat camping Dlengkong Homestay ini, tamu bisa menyaksikan sunrise yang indah. Matahari menyembul dari balik deretan gunung Merapi, Merbabu, Telamaya dan Andong. Ketua Kagama 4×4, Heri Budiarsa sempat membagikan video suasana pagi yang indah yang dia ambil pada pukul 05.30 WIB dari Dlengkong Homestay.

Tak hanya sunrise, pemandangan indah tersaji di sekitar lokasi menginap. Sawah yang hijau, gemericik air, gunung dan hutan yang segar serta warga desa yang ramah. Pasangan Busroni dan Rosa, serta Pak Cakim dan istri, merasakannya saat jalan pagi di sekitar penginapan.

“Bagus banget. Tolong dong difotoin. Background-nya deretan gunung itu ya!“ pinta Rosa pada kru Dlengkong yang mendampinginya.

“Dibuat videonya juga ya. Saya jalan dari sini ke situ. Terus diperlihatkan pemandangan gunung-gunung itu,“ tambah Rosa. Rosa dan Busroni pun bergantian berfoto sendiri-sendiri maupun minta difoto bersama. “Foto prewed nih,“ kelakarnya.

Hal yang sama juga dilakukan Pak Cakim dan istri. Pasangan dari Purworejo yang sempat menjamu rekan-rekannya pesta durian ini juga berfoto berkali-kali di sejumlah spot yang telah dipilih oleh Tim Dlengkong. Mereka benar-benar excited melihat keindahan lingkungan sekitar.

Cuaca begitu cerah pagi itu seakan menegaskan mestakung, semesta mendukung. Deretan gunung terlihat jelas. Mulai dari Merapi, Merbabu, Telamaya, Andong hingga Gunung Ungaran. Kemudian di sisi Barat, Gunung Sumbing juga tersenyum merekah. Begitu pun Gunung Giyanti yang paling dekat lokasi.

Puas jalan pagi. Mereka kembali ke Pawon Teh Tudung untuk sarapan. Sop snerek khas Magelang menjadi menu yang membuat mereka kembali mengeluarkan pujian.

Usai sarapan, jelajah Sumbing pun dimulai. Njajah desa milangkori. Start dari Pawon Teh Tudung, naik menuju ke arah Sumbing, lewat sejumlah dusun di wilayah Windusari. Berhenti di setiap spot foto dengan pemandangan indah. Kemudian finish di Hutan Pinus Wanarata untuk makan siang. Menu buntil khas Magelang dan tahu kupat disajikan. Lihat video di sini : https://www.instagram.com/p/CayXEGljEXt/

Jelajah Sumbing kemudian dilanjut ke daya tarik wisata baru Sumbing Eksotis, Wanamukti Si Guede. Di tempat yang ada wahana untuk melihat panorama Sumbing secara 360 derajat ini, mereka menikmati kopi. Sayang, cuaca berkabut dan angin kencang sekali. Gunung Sumbing pun tak kelihatan. Begitu pula deretan gunung gemunung di sisi timur.

Tak kecewa dengan suasana, karena petualang harus selalu bisa menerima kondisi alam apa adanya. Sekarang terhadang kabut. Memberi peluang untuk kembali datang saat cuaca lebih memungkinkan. Kendati begitu, sejumlah anggota Kagama 4×4 tetap naik ke lantai dua wahana 360 derajat untuk berfoto-foto.

“Bener. Kita harus kembali mungkin bulan Mei atau Juli saat tidak musim hujan begini. Pasti keren bisa lihat puncak Sumbing dan deretan Merapi Merbabu, “ ujar Heri Budiarsa penuh semangat. Herbud, begitu ia biasa dipanggil, lantas mengajak untuk melanjutkan tujuan berikutnya yakni Rumah Tenun Magelang.

Praktik menenun di Rumah Tenun Magelang

Di Rumah Tenun ini, rombongan sebenarnya bisa melihat proses kerja pembuatan produk tenun. Juga ada edukasi pengenalan serat alam dengan menyusuri Taman Serat. Namun rombongan langsung menuju praktik menenun dengan ATBM (alat tenun bukan mesin) yang ada di ruang LPK. Berfoto dengan pose menenun.

Dipandu tour guide yang sudah disiapkan oleh Rumah Tenun, rombongan kemudian diarahkan ke galeri. Di meja memanjang ruangan ini, disiapkan beragam serat alam. Rombongan pun mendapatkan penjelasan mengenai serat alam itu. Namun banyak anggota rombongan yang langsung menuju rak berisi produk.

Sayangnya, ada kendala saat pembayaran. Mesin EDC tidak bisa digunakan dan harus bayar tunai. Padahal, banyak rombongan yang tidak membawa uang tunai. Kendati begitu sejumlah produk – di antaranya tas, sarung bantal, dan kain– diborong oleh bapak-bapak yang sayang dengan istrinya.

Jelajah Sumbing hari pertama berakhir di Rumah Tenun? Mungkin bisa dibilang belum. Sebab, saat perjalanan kembali ke penginapan Dlengkong, rombongan terpesona dengan Gunung Sumbing yang di bagian depan (foreground) dihiasi lapisan gunung-gemunung berlapis-lapis. Mereka pun berhenti sejenak untuk mengambil gambar landscape yang keren itu.

Sesampai di penginapan, mandi, salat dan merapikan badah. Kemudian sesi sharing mempersiapkan makan malam. Sesepuh Kagama 4×4, yang biasa dipanggil Pakdhe Pandu memberikan pelatihan kepada tim dapur Pawon Teh Tudung. Memasak bakmi godhog untuk mendampingi menu makan malam: nasi ungu Pawon Teh Tudung.

Esok paginya, saatnya check out. Targetnya, berangkat pagi menuju Dusun Butuh, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Dusun yang dikenal dengan sebutan Nepal van Java. Rupanya, suasana yang terbangun selama menginap di Dlengkong membuat rombongan kerasan dan sepertinya enggan untuk segera meninggalkan penginapan.

“Luar biasa pelayanan keluarga Dlengkong. Totalitas dalam melayani tamu. Terima kasih yang tak terhingga untuk semua itu. Kami mohon pamit, insyaAllah kembali bersama keluarga di lain kesempatan,” ujar Herbud saat pamitan.

Saat menjelang berangkat, terlihat air mata sejumlah tamu menetes. Terharu. “Salut dengan kekompakan keluarga Mas Fatah dalam menyambut kami. Semoga beroleh ganjaran,“ ungkap salah satu sesepuh Kagama 4×4.

Rombongan berada di Wanamukti si Guede

Rombongan pun kemudian beriringan menuju Dusun Butuh. Sebagian melewati jalur yang sebelumnya sudah dilalui. Hutan Pinus Wanarata. Arah Wanamukti Si Guede, Pasar Kaliangkrik, dan finis di parkiran Griya Butuh dan Janji Hati. Koordinasi dengan Pengelola Nepal van Java lewat WA, sangat membantu penempatan parkir rombongan.

Di Butuh, rombongan sekadar nongkrong di kafe Janji Hati. Ngopi, ngemil dan ngobrol. Menikmati suasana. Beberapa menit kemudian, pamit untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat asal masing-masing untuk nyekar dan silaturahmi dengan keluarga. Baru keesokan harinya, kembali ke Jakarta dengan menentukan titik kumpul untuk bisa bareng-bareng seperti saat berangkat.