Sebagai rangkaian acara menyongsong Munas XIV Kagama, Kagama Persma (Pers Mahasiswa) didukung oleh Bisnis Indonesia menggelar seminar berjudul “Masa Depan Transisi Energi di Indonesia” di Hotel Aryaduta, Jakarta, Minggu (27/10). Selain untuk menyambut Munas, seminar juga didasari oleh kesadaran Kagama Persma tentang akselerasi transisi energi di tanah air yang menemui sejumlah tantangan, dan harus diselesaikan oleh pemerintahan baru.
Foto: istimewa
Wakil Ketua Umum I PP Kagama, Budi Karya Sumadi dalam kata sambutannya menyatakan ada banyak program elektrifikasi yang menjadi salah satu upaya transisi energi namun masih sulit berjalan optimal. Sebagai contoh beberapa program seperti konversi motor listrik dan penggunaan electric vehicle (EV) masih minim.
Menurutnya, tidak semua kementerian mau menggunakannya. Komitmennya belum nampak nyata, sehingga ia mengusulkan dilakukan law enforcement terhadap kebijakan transisi energi.
“Dalam hal ini perlu dilakukan dorongan agar implementasi dapat berjalan serempak, sehingga masa depan transisi energi Indonesia dengan berbagai konsep yang telah dirancang dapat terwujud,” pungkasnya.
Foto: istimewa
Sementara itu, Ketua Kagama Persma, Dia Mawesti menyampaikan diskursus terkait transisi energi harus terus dilakukan lantaran menjadi kunci dari krisis iklim hingga dekarbonisasi. Penting bagi komunitas yang dipimpinnya untuk berkontribusi atas diskursus terkait transisi energi, supaya bisa mulai sama-sama merumuskan kesepakatan dalam hal mewujudkan transisi energi.
“Transisi energi membutuhkan peran dari berbagai pihak, agar target yang telah ditetapkan bisa dicapai. Tanpa adanya kolaborasi, upaya untuk lepas dari energi fosil akan terhambat,” tegasnya.
Foto: istimewa
Sejumlah narasumber dengan kapasitas ilmu dan jabatan yang berbeda-beda dihadirkan dalam seminar tersebut. Masing-masing mewakili perusahaan atau lembaga yang memiliki komitmen terhadap transisi energi.
Kepala Badan Standardisasi Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek, Anindito Aditomo menjelaskan bahwa dari aspek pendidikan, pemerintah telah memasukkan materi perubahan iklim ke dalam materi sekolah. “Hal ini tentunya diharapkan bisa meningkatkan pemahaman dan kompetensi pendidik serta murid mengenai perubahan iklim,” ucapnya.
Foto: istimewa
Mewakili perusahaan energi terbarukan, VP Teknologi dan Engineering PT Pertamina New Renewable Energy (NRE), Nanang Kurniawan menjelaskan bahwa salah satu hal yang dilakukan perusahaan adalah pengembangan bioetanol. “Dengan mengembangkan bioetanol, ke depan diharapkan juga bisa mengurangi impor BBM. Dikarenakan Indonesia saat ini sudah menjadi importir minyak,” jelasnya.
Adapun, VP Transisi Energi dan Perubahan Iklim PLN, Anindita Satria Surya dalam pemaparannya menuturkan perseroan berkomitmen untuk mewujudkan transisi energi seiring dengan diimplementasikannya interkoneksi jaringan listrik di berbagai pulau yang ada di Indonesia. “Untuk interkoneksi jaringan kelistrikan di pulau-pulau, nantinya juga akan dipasok oleh listrik yang bersumber dari renewable energy termasuk dari pembangkit yang memanfaatkan gas,” ujarnya.
Foto: istimewa
Dari sisi perbankan, SVP International Banking & Financial Institutions Divisions PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), Rima Cahyani mengungkapkan secara umum ada dua pendekatan dalam pembiayaan transisi energi, yakni sustainability linked instrument serta used of proceed instruments. “Setiap ada perusahaan yang mengajukan pembiayaan, kami akan melihat dari dua sisi tersebut,” tuturnya.
Sementara itu, Founder & Chairman Biru Peduli Foundation, Ahmad Yuniarto mengutarakan bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan kebijakan, harusnya memahami aspek-aspek yang bisa menyebabkan perubahan iklim. “Kita perlu governance, leadership, dan komitmen. Di Indonesia saat ini belum ada aturan yang secara spesifik mengatur transisi energi. Kalaupun ada mengenai rencana umum kebijakan energi nasional, itu bukan mengenai transisi energi,” katanya.