
RIIM ke-3 BRIN UGM Hibahkan Alat Pengolah Sampah Plastik ke Pangkalpinang
Dorong Kolaborasi Inovatif Wujudkan Kota Bersih dan Berkelanjutan
PANGKALPINANG — Upaya mewujudkan Pangkalpinang sebagai kota bersih dan berkelanjutan mendapat dukungan nyata dari dunia akademik. Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) ke-3 Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyerahkan hibah berupa alat pengolah sampah plastik kepada Kelurahan Bukit Besar, Kecamatan Girimaya, Kota Pangkalpinang, Jumat (7/11/2025).

Serah terima hibah ini dihadiri oleh Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Fery Afriyanto; Sekda Kota Pangkalpinang, Mie Go; Ketua Laboratorium Kimia Fisika FMIPA UGM sekaligus Ketua Penelitian RIIM ke-3, Prof. Karna Wijaya, Ph.D; serta sejumlah pejabat daerah dan perwakilan swasta.

Dalam sambutannya, Fery Afriyanto yang baru terpilih sebagai Ketua Pengurus Daerah Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) Babel periode 2026–2030, menyampaikan apresiasi atas kontribusi UGM dalam mendukung pengelolaan sampah di Pangkalpinang. Ia menekankan bahwa kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Parit Enam yang sudah melebihi kapasitas menjadikan kota ini berada dalam status darurat sampah.
“Perda Nomor 2 Tahun 2025 tentang Pengelolaan Sampah Regional telah disahkan. Ini menjadi landasan penting untuk mengatasi persoalan sampah, termasuk di Pangkalpinang yang sudah overload,” ujar Fery.
Ia menambahkan, pembangunan TPA regional memerlukan sinergi lintas sektor dan menjadi perhatian serius Gubernur Babel, Hidayat Arsani. Menurutnya, pengelolaan sampah yang tepat tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga berpotensi memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat.
“Kementerian Lingkungan Hidup telah memberi peringatan penting terkait polusi plastik. Kita harus mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mendorong inovasi daur ulang. Edukasi dan kesadaran masyarakat harus terus digalakkan,” tegasnya.

Senada dengan Fery, Sekda Kota Pangkalpinang, Mie Go, menyambut baik hibah alat pengolah sampah plastik ini sebagai wujud kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Ia menyoroti bahwa sampah plastik merupakan ancaman serius karena sulit terurai hingga ribuan tahun.
“Volume sampah harian di Pangkalpinang bisa mencapai 100–200 ton. Alat ini berkapasitas 300 kilogram per produksi dan diharapkan mampu mengurangi dampak sampah plastik secara signifikan,” kata Mie Go.
Ia juga menekankan pentingnya peran aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Menurutnya, tanggung jawab kebersihan bukan hanya milik pemerintah atau petugas kebersihan, tetapi seluruh warga kota.

Ketua Kagama Babel periode 2018–2025, H. Warsangka, yang juga menjadi koordinator penyerahan hibah, menjelaskan bahwa alat pengolah sampah plastik ini merupakan hasil riset Departemen Kimia FMIPA UGM. Alat tersebut dirancang untuk mengolah sampah plastik kering menjadi crude oil yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar tiner dan produk lainnya.
“Biaya pembuatan alat ini sekitar Rp35–40 juta per unit. Program ini siap untuk dikembangkan secara massal dan sudah ada perusahaan yang bersedia menampung hasil olahannya,” ujar Warsangka, yang akrab disapa Pakde Songko.
Dengan hadirnya alat pengolah sampah plastik ini, Pangkalpinang diharapkan mampu mengatasi tantangan persampahan secara lebih inovatif dan berkelanjutan, sekaligus memperkuat sinergi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat dalam menjaga lingkungan.