Sabtu (31/7/2021), PP Kagama bersama Kagama Fotografi kembali menggelar webinar lewat Zoom Meeting. Pada webinar seri 14 kali ini membahas tentang foto surealisme, bersama narasumber utama fotografer wanita Sonia Paramartha. Kata sambutan disampaikan oleh Adi Mustika, ketua Kagama Fotografi, dan Muthiah dari tim Humas PP Kagama bertindak sebagai moderator.
Di awal pemaparan, Sonia Paramartha menjelaskan banyak sekali genre atau subgenre dalam dunia fotografi. Salah satunya adalah fine art photography, yaitu cabang fotografi yang lebih menitikberatkan nilai estetika dan intelektual dalam karya-karyanya. Jadi selain indah, foto tersebut juga mengandung arti.
Salah satu aliran dalam fine art adalah surealisme. Surealisme adalah aliran karya seni yang menggabungkan beberapa obyek nyata ke dalam suasana atau keadaan yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Dengan kata lain, keadaan yang digambarkan bersifat mustahil dan tidak masuk akal.
Sedangakn definisi fotografi surealisme adalah sebuah karya foto yang realistik secara visual yang ditampilkan namun bertentangan dengan akal sehat. Seperti alam pikiran bawah sadar atau impian yang menjadi kenyataan.
Sonia mengatakan, bermimpilah sesukamu. Jangan mau diinterupsi atau diatur orang lain. “Mimpiku bukan mimpimu.” ujarnya.
Buatlah apa yang ingin dibuat, tanpa harus mengindahkan pendapat orang lain. Terkecuali kita membuat atas pesanan pihak lain seperti iklan, tentu ada batasan-batasannya. Kalau membuat untuk kita sendiri tidak ada batasan yang bisa mengekang impian kita.
Berikutnya, Sonia menjelaskan apa yang perlu dipersiapkan untuk membuat foto surealis. Yang pertama siapkan konsep atau ceritanya. Ditulis jalan ceritanya, lalu kemudian ditumpahkan lewat sket.
Berikutnya, mendata semua materi. Materi di sini maksudnya adalah beberapa foto yang nantinya akan digabungkan dan diolah secara digital.
Semua materi harus dipersiapkan sebaik-baiknya, untuk menuju langkah terakhir, yaitu proses digital imaging. Karena sumber materinya bisa banyak, maka kita harus memperhitungkan faktor resolusi, cahaya & bayangan, proposi, perspektif, dimensi, detil, warna, gradien, dll.
Idealnya, kata Sonia kalau bisa saat mengambil gambar mempergunakan kamera yang sama dengan resolusi yang sama pula. Lalu, cahaya dan bayangan harus diperhatikan antar foto satu dengan lainnya, untuk menjaga logika arah bayangan.
Kemudian, proporsi juga harus diperhitungkan dengan cermat, agar kelihatan masuk akal dan nyambung antar obyek bukan terlihat jelas sekedar sebagai sebuah tempelan.
Perspektif juga penting untuk diperhatikan, bagaimana beberapa obyek yang digabungkan bisa menjadi sinkron tanpa terlihat kejanggalan dari sudut pandang perspektif.
Untuk dimensi atau kedalaman, berhubungan dengan bayangan atau shadow yang dihasilkan. Jika hanya sekedar ditempel tanpa diberi bayangan, maka akan terlihat benar-benar berupa tempelan.
Detil seperti bokeh atau blur, warna dan gradien juga tidak boleh dilupakan. Intinya untuk tetap menjaga kewajaran sebuah gambar.
“Hal-hal yang sudah saya sebut di atas harap diperhatikan benar-benar. Tujuannya agar kombinasi beberapa foto yang kita hasilkan tidak nampak sebagai sebuah tempelan belaka. Foto surealis memang tidak riil atau tidak masuk akal, namun bagaimana caranya kita harus mewujudkannya menjadi nampak riil.” demikian pungkas Sonia mengakhiri paparannya.
*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:
Leave a Reply