Oleh: Joko Supriyono
Ketika ramai-ramai ada foto nyanthelke plastik kresek sesungguhnya saya pribadi tidak tertarik pada awalnya, alasannya sederhana “Bagikan saja ke yang tidak mampu, selesai”. Bombardir foto dari teman teman Kagama Care bikin saya risi juga. Akhirnya saya bilang di WAG, oke saya coba ya, cuma takutnya ini nanti malah jadi rebutan seperti di luar negeri malah jadi chaos, sambil saya kasih emoji senyum sinis.
Gayung bersambut, saya kontak Nur Djamilah dari KAGAMA Boyolali. Jawabnya simple “ Wah kita siap mas meluncur ke Nogosari”.
“Mbak dalane Nogosari ki rusak lho mbak.” balas saya lewat WA.
“Wah Kagama itu sudah terkenal ndeso mas, kalua ndeso itu sudah jalur kita tiap hari.” jawab Mbak Nur.
“Siapppp…” balas saya. Secepatnya saya kontak Sumardiono dan Gilang pemuda harapan bangsa, takmir mushola dan aktif di berbagai kegiatan desa. Jawab mereka pun sama, “Siapppp pak, kami berterima kasih dikasih pelajaran canthelan ini, insya allah akan kami aplikasikan di masjid-masjid dan desa-desa yang memerlukan. Kita siap melaksanakan pada tgl 1 Juni.” Ternyata benar jiwa gotong royong masih tertanam dalam di pedesaan-pedesaan.
Tak disangka pada tanggal 30 Mei, Sumardiono melaporkan 20 canthelan diterima dari warga setempat. Tgl 31 Mei, Gilang melaporkan satu keranjang sayur mayur diterima panitia. Beritanya ternyata sudah menyebar dari mulut ke mulut. Di hari H, tanggal 1 Juni tepat setelah upacara hari lahir Pancasila, Bapak Lurah desa Glongggong, Bapak Mulyono sudah hadir yang pertama, untuk mensupport kegiatan. Acara dimulai dengan pengarahan tentang New Normal di era Covid -19 oleh Pak Suraji dari Kagama Boyolali dan kenthongan ditabuh tanda dimulainya Canthelan di Desa Nogosari Kabupaten Boyolali.
Bangga menjadi bagian KAGAMA.
Leave a Reply