PP Kagama Bersama Kagama Care dan Kagama Canthelan Kembali menggelar webinar series Canthelan Show yang sudah memasuki jilid 6 lewat aplikasi Zoom pada hari Minggu (15/11/2020) jam 09.30 – 12.00 WIB. Turut hadir Anwar Sanusi, Ph.D, Wakil Ketua Umum PP Kagama sebagai keynote speaker, serta dibuka oleh Anak Agung Gede Putra, Ketua Bidang 6 PP Kagama. Webinar yang dimoderatori oleh Puranti Wiji Rahayu tersebut menghadirkan 3 narasumber yaitu Teguh WS (Bekasi), Fransisca Ernawati (Yogyakarta), dan Mu’jijah (Pandeglang Banten).
Sambutan Canthelan Show 6 kali ini disampaikan oleh Anak Agung Gede Putra. Pada awal kesempatannya ia berterimakasih kepada para aktor kegiatan canthelan, mengingat kegiatan tersebut sangat konsisten. Selain konsisten kegiatan ini juga memberikan influence ke berbagai komunitas/kelompok di berbagai daerah.
Moment kali ini adalah kesempatan untuk berbagi cerita tentang kebaikan-kebaikan yang telah diupayakan oleh kawan-kawan canthelan, kesempatan untuk sharing mengenai berbagai peristiwa selama aksi sosial ini berlangsung mulai dari hambatan hingga peristiwa yang membuat kawan-kawan canthelan semakin bersemangat untuk berbagi.
Menurut Gede Putra pandemi memiliki cerita lain, peristiwa yang melahirkan banyak cerita kebaikan, terbangunnya soliditas sosial untuk saling bermanfaat, serta membuat banyak orang aditif untuk berbuat baik. Selain itu pandemi juga menditeksi orang-orang baik yang berada di lingkungan sekitar, menjaring kelompok-kelompok sosial untuk saling tular kebaikan di berbagai daerah melalui berbagai platform salah satunya adalah Kagama.
Keynote speaker pada kesempatan ini adalah Anwar Sanusi, Ph.D. yang sangat mengapresiasi kegiatan “Canthelan”, mengingat dalam keadaan pandemi ini banyak sekali masyarakat yang membutuhkan bantuan khususnya di bidang pangan. Salah satu penyebab hal faktor penyebabnya adalah lonjakan angka pengangguran ketika pandemi ini tinggi, maka dari itu berbagai kegiatan solidaritas sosial di lingkungan kota maupun desa sangat diperlukan.
Pertanian menjadi sektor yang tidak terdampak pada saat kondisi pandemi. Kita tidak bisa memprediksi kapan terjadinya krisis pangan, namun kita bisa mengantisipasinya. Wakil Ketua Umum PP Kagama tersebut menyampaikan gagasannya tentang ketahanan pangan desa. Menurutnya permasalahan yang kita hadapai di sektor pertanian desa adalah siklus yang sangat pendek, yaitu tanam-panen-jual.
Pembudayaan kembali stok pangan mandiri tingkat desa atau yang biasa disebut dengan lumbung desa. Kita perlu memperkuat ekosistem cadangan pangan desa. Mungkin pada masa sebelumnya lumbung desa hanya diperlukan ketika masa paceklik, hal tersebut bisa dikembangkan kembali misalnya lumbung desa menjadi supplier berbagai program pemerintah.
Pada akhir kesempatan Anwar Sanusi menyampaikan bahwa gerakan canthelan merupakan gagasan yang luar biasa, bahkan kalau kita kelola dengan baik, akan menjadi tradisi dan budaya. Melalui gerakan tersebut kita dapat kembali mengukuhkan tradisi-tradisi sosial yang perlahan mulai hilang di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat urban apalagi di perkotaan. Gerakan ini menghadirkan semangat untuk saling membantu, semangat untuk menghadapat pandemi covid ini bersama-sama. Selain itu beliau berpandangan gerakan ini bisa diaplikasikan melalui sektor pendidikan, bisa menjadi program untuk mahasiswa KKN, karena bisa memberikan manfaat secara ekonomi maupun sosial. Juga bisa menjadi pengembangan produk dan manajemen perdaganan.
“Gerakan canthelan menurut saya adalah gagasan yang luar biasa, bahkan kalau kita kelola dengan baik, akan menjadi tradisi dan budaya, akan menguhkan kembali tradisi-tradisi sosial. Ada 3 dampak yang dampak terkait ketahanan pangan begitu pula ketahanan ekonomi, dampak terkait masalah sosial gerakan canthelan kembali menguatkan kembali nilai-nilai sosial di lingkungan masyarakat desa maupun kota, dampak pendidikan.
Gerakan canthelan ini menjadi gerakan sosial yang merupakan trademark dari Kagama.” demikian ungkap Anwar Sanusi.
Pemateri pertama Teguh WS salah satu pelaku aktivitas canthelan dari Bekasi. Ia adalah penggagas Pasar Noceng, yaitu sebuah kepedulian dari warga untuk warga di masa pandemi. Pasar Noceng adalah pasar subsidi untuk keluarga-keluarga yang terdampak ekonomi di masa pandemi dan kepedulian untuk para pedagang asongan dan kecil. Kegiatan ini merupakan kolaborasi relawan, penderma dan masyarakat sekitar. Pasar Noceng sendiri merupakan transformasi dari kegiatan canthelan. Pasar Noceng bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan dan usaha, penyediaan sayur dan bahan pokok murah, serta memberikan edukasi tentang kesehatan.
Berawal dari gerakan canthelan dengan membagikan sayuran/bahan pokok secara gratis, kemudian bertransformasi menjadi Pasar Noceng dengan menjual berbagai sayuran/bahan pokok lebih murah, hingga akhirnya saat ini menjadi Pasar Noceng PePAK – Peduli Pedagang Asongan/Kecil.
Menurut Teguh ada beberapa kunci agar program ini dapat terus berlangsung, yaitu kualitas, pencarian dana, pengantaran dan pelayanan. Selain itu Pasar Noceng juga membuka informasi di berbagai media, mulai dari sosial media, berita online, media cetak bahkan hingga kanal berita negara lain. Teguh berharap program Pasar Noceng ini bisa menjadi salah satu inspirasi munculnya berbagai kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat di berbagai daerah lainnya.
Pemateri kedua Fransiska Ernawati berasal dari kawasan urban di kota Jogja, lebih tepatnya dari kampung Lempuyangan. Pandemi sangat berdampak bagi dia dan keluarganya, dia dan suaminya kehilangan pekerjaan akibat pandemi. Sempat menjadi buruh cuci dengan gaji 30 ribu perhari tidak menghalangi niatnya untuk berbuat baik.
Berawal dari kegiatan membagikan ta’jil ke rumah-rumah bersama pengurus masjid ketika bulan Ramadhan, dia ingin meneruskan kegiatan positif setelah bulan Ramadhan berakhir. Ia lalu menghubungi salah satu temannya warga Kagama bernama Retno. Oleh Retno diinformasikan terkait kegiatan canthelan beserta dana donasi yang ada. Erna menyambut dengan senang karena menurutnya akan sangat membantu masyarakat sekitar. Meskipun tinggal di lingkungan perkotaan, namun masih banyak masyarakat yang kurang mampu dan terdampak pandemi secara langsung mulai dari yang kehilangan pekerjaan hingga aktivitas jual beli pedagang kecil yang berhenti.
Ketika aktivitas canthelan berlangsung banyak sekali pertanyaannya yang muncul dari tetangga dan kerabatnya seperti “Lha kamu ini kok mau sih nggak dibayar buat ngelakuin hal itu?”. Atau pertanyaan lainnya “Kenapa sih kamu orang nggak kerja malah berkegiatan sosial?”. Erna tidak tersinggung dan memilih untuk tidak menganggapinya. Ia tetap memantabkan hati meneruskan canthelannya, kerena ia merasa diberi kesempatan untuk berbagi. Toh ia tidak rugi secara materi karena hanya mengeluarkan tenaga, mengingat donasi berasal dari para donatur
Kegiatan canthelan ini juga diceritakan Erna kepada pedagang di Pasar Kranggan, Cerita tersebut disambut positif oleh beberapa pedagang yang akhirnya bersedia memberikan harga murah pada setiap belanjaannya. Saat ia membagikan setiap kegiatannya ke teman-teman pelaku canthelan lainnya lewat WAG, banyak yang bingung dan bertanya, “Kok bisa nyantelin setiap hari ya mbak?”. Erna lalu menceritakan tentang belanjaannya yang selalu diberikan lebih oleh pedagang di Pasar Kranggan.
Erna sangat senang karena dapat membantu banyak warga, bahkan tidak hanya di RW-nya saja. Kegiatan canthelannya lama-lama tersebar beritanya ke mana-mana, hingga akhirnya sampai terdengar oleh para pejabat di kampungnya. Sambutan positif datang dari mereka mereka, hingga perlahan donatur-donatur baru bermunculan dan aktivitas cantelan dapat bertahan hingga saat ini. Erna berharap pandemi ini segera berakhir dan semuanya dapat beraktivitas normal serta perekonomian warga menjadi pulih.
Pemateri terakhir yakni Mumu Mu’jijah seorang pelaku Canthelan dari Kp. Pamatang, Desa Cigandeng, Kec. Menes, Kab. Pandeglang Banteng. Kegiatan canthelan yang ia lakukan dimulai karena melihat banyaknya kegiatan canthelan di berbagai daerah. Informasi kegiatan tersebut ia dapatkan dari media sosial beberapa Alumni UGM. Selanjutnya ia menghubungi beberapa rekan Kagama untuk mendapatkan informasi tentang canthelan dikarenakan di daerah Banten belum ada.
Mu’jijah mengaku sangat senang, akhirnya berkat difasilitasi Kagama Care ia bisa memulai kegiatan canthelan bersama beberapa rekan di lingkungan sekitarnya. Selain itu ia juga sangat senang karena kegiatan canthelan membuka pintu silaturahmi sesama warga Kagama yang sebelumnya ia tidak kenal. Tanpa ia duga ternyata salah satunya merupakan salah satu rekan yang berada di lingkungan kerjanya.
Kegiatan canthelan yang Mu’jijah dan kawan-kawannya lakukan sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar, khusunya bagi masyarakat yang kurang mampu meliputi tukang ojek, pedagang asongan, buruh cuci, dll. Selain itu ia dan teman-temannya memberikan pelayanan untuk mengantarkan canthelan langsung ke tempat tinggal penerimanya yang tidak mampu untuk mengambilnya secara langsung seperti golongan jompo.
Kegiatan canthelan yang Mu’jijah lakukan selain mendapatkan donasi awal dari Kagama Care, juga akhirnya melibatkan banyak donatur lain seperti Kagama JBB, teman-teman alumni sekolah, mahasiswa, tukang sayur, warga, dan beberapa kerabat lainnya. Mu’jijah bersyukur banyak mendapatkan bantuan dari masyarakat, baik yang datang untuk membantu secara langsung dengan ikut beraktifitas maupun melalui donasi.
Pada akhir kesempatannya pelaku canthelan asal Pandeglang menyebut bahwa kegiatan canthelan adalah salah satu cara untuk bangkit dari keterpurukan. Mu’jijah berharap canthelan ini akan terus menular ke berbagai daerah lain. Ia dan rekannya terus memikirkan kegiatan tersebut tetap bisa terus berlangsung serta memperbarui berbagai cara, mengingat banyak ssekali masukan dan permintaan dari masyarakat sekitar. [itok]