Oleh: Ade Siti Barokah
Yogyakarta — Keluarga Alumni Fisipol Universitas Gadjah Mada (Kafispolgama), bekerja sama dengan KAGAMA, Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Green Economy – Green Job: Tantangan dan Solusi untuk Indonesia”, Jumat (4/10). Acara yang diselenggarakan di Auditorium Lantai 4 Fisipol UGM itu bertujuan untuk membahas solusi dan peluang baru dalam pengembangan ekonomi hijau di Indonesia, serta menciptakan lapangan kerja yang inklusif dan berkelanjutan.
Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan, Prof. Anwar Sanusi
Seminar dihadiri oleh mahasiswa, akademisi, praktisi, serta masyarakat umum. Diharapkan, hasil diskusi dan gagasan yang tercipta dalam seminar akan menjadi bahan rekomendasi untuk Munas XIV KAGAMA yang akan berlangsung tanggal 14-17 November 2024 di Jakarta.
Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan, Prof. Anwar Sanusi, selaku keynote speaker menegaskan bahwa green jobs berpotensi menjadi solusi penting dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru di Indonesia. “Dalam 10 tahun ke depan, pembangunan ekonomi hijau diperkirakan akan membuka ratusan ribu lapangan pekerjaan baru. Ini merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan serapan tenaga kerja secara signifikan,” jelasnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat, dan Alumni UGM, Arie Sudjito
Hadir mewakili UGM, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat, dan Alumni UGM, Arie Sudjito menekankan bahwa pembangunan hijau harus memastikan semua kelompok masyarakat merasakan manfaatnya, dan menyoroti pentingnya keadilan dalam transisi menuju ekonomi hijau. “Green economy dan green jobs sebagai alternatif pembangunan perlu dipastikan dalam kebijakan strategis untuk menjaga prinsip keadilan, pemerataan, kesejahteraan, serta inklusivitas,” tegasnya
Narasumber pertama, Direktur Akademi Inovasi Indonesia, Wikan Sakarinto menekankan pentingnya growth mindset dalam menghadapi tantangan ekonomi hijau dan transformasi tenaga kerja. Menurutnya, kuncinya yaitu pola pikir yang terbuka dan terus berkembang, bukannya berpikiran fixed mindset.
Direktur Akademi Inovasi Indonesia, Wikan Sakarinto
Wikan menambahkan, kita harus fleksibel dan inovatif dalam menciptakan solusi. TEFA (Teaching Factory) juga bisa diterapkan lintas mata kuliah, lintas angkatan, dan lintas jurusan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang adaptif dan inovatif.
“Soft skills dan karakter sangat penting untuk dipelajari agar tenaga kerja Indonesia mampu berinovasi dalam era green economy,” pungkasnya.
Wakil Dekan Fisipol UGM, Fina Itriyati
Narasumber kedua, Wakil Dekan Fisipol UGM, Fina Itriyati mengingatkan bahwa inklusi sosial harus diperhatikan dalam perkembangan ini, agar kelompok marjinal juga dapat merasakan manfaat dari pembangunan. Ia menegaskan, pendidikan inklusif harus menjadi prioritas, dengan kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri hijau untuk menciptakan green literacy melalui seminar, workshop, dan program magang,
“Betapa pentingnya kolaborasi antara sektor pemerintah, swasta, dan komunitas untuk mendorong kebijakan yang mendukung ekonomi hijau dan kesetaraan gender, serta berinvestasi pada infrastruktur hijau,” tegasnya.
President Director ExportHub.id Ecosystem, Amalia Prabowo
Narasumber terakhir, President Director ExportHub.id Ecosystem, Amalia Prabowo, turut menyoroti peran penting digitalisasi dan kecerdasan artifisial dalam mendukung transformasi menuju ekonomi hijau. “Digitalisasi dan kecerdasan artifisial (AI) tidak hanya mempercepat perdagangan global, tetapi juga memungkinkan efisiensi dan keberlanjutan dalam proses produksi. Ini membuka peluang besar untuk menciptakan pekerjaan baru di sektor teknologi hijau,” ungkapnya.