PP Kagama bersama Kagama Fotografi, dan disupport oleh Sekolah Fotografi “Kelas Pagi Yogyakarta” menggelar webinar lewat Zoom Meeting pada hari Sabtu (21/8/2021). Pada webinar seri 16 kali ini terasa sangat spesial, karena yang pertama adalah dalam rangka memperingati hari fotografi sedunia yang jatuh pada tanggal 19 Agustus. Yang kedua, bintang tamunya fotografer sarat pengalaman Don Hasman yang telah melanglang buana ke hampir seluruh penjuru bumi ini dan merekamnya dalam jepretan yang istimewa.
Yang membuat suasana menjadi lebih istimewa, selain sambutan Adi Mustika, Ketua Kagama Fotografi seperti biasanya, turut hadir pula memberikan pidato pembukaan Ganjar Pranowo, Ketua Umum PP Kagama. Acara yang berlangsung sekitar 2 jam tersebut dipandu oleh Wiwit Wijayanti dari tim Humas PP Kagama.
Pada webinar kali ini tidak ada pembahasan tema khusus. Dari awal sampai akhir acara, Don Hasman yang akrab disapa Om Don, hanya menunjukkan karya-karyanya yang istimewa dari sekian puluh ribu karyanya yang ia dokumentasikan selama hampir 70 tahun. Pada setiap foto yang ia hasilkan selalu ada kisah menarik yang menyertainya.
Mengawali ceritanya, Om Don mengatakan kita sebagai fotografer harus jujur. Jangan pernah mengakui foto karya orang lain sebagai karya kita. Jepretan kita tidak bagus tidak apa-apa yang penting karya sendiri. Ia mengakui dirinya bukan fofografer spesialis ethnography. Semua hal dipotretnya, kecuali foto kedokteran dan forensik.
Om Don lebih suka disebut penjelajah dari pada petualang. Karena menurutnya kalau penjelajah itu mengabdi kepada masyarakat dan ilmu pengetahuan. Kalau petualang itu cenderung egois, dan hanya ingin menonjolkan kehebatannya dan membanggakan kemampuannya.
Om Don memberi sedikit tips, saat memotret di alam terbuka jangan takut menghadap matahari, karena justru akan mendapatkan hasil gambar yang berbeda. Carilah sudut pemotretan yang tidak lazim dan teknik pencahayaan yang berbeda, sehingga akan menghasilkan foto yang luar biasa. Meskipun juga ada resikonya tapi jangan takut untuk mencari angel yang tidak terpikirkan oleh orang lain.
Om Don menyarankan mencoba berbagai angel untuk memperoleh hasil yang berbeda-beda. Jangan hanya dari angel depan saja, namun juga perlu dicoba dari samping agar memperoleh kedalaman gambar 3 dimensinya.
Om Don menambahkan, ada baiknya kita tidak memotret pemandangan alamnya saja. Isilah juga dengan sesuatu atau obyek yang membuat foto semakin indah, sehingga ada nilai lebihnya.
Potret kontradiktif juga penting untuk menambah nilai foto. Misalnya orang kota dengan dandanan mencolok sedang berbicara dengan orang desa yang terlihat lugu dengan pakaian sederhana.
“Carilah gambar yang menarik dan mengesankan. Gambar yang berhasil adalah gambar yang mampu menggugah perasaan orang yang melihatnya.” kata Om Don.
Om Don mengharap jika ada yang punya foto-foto bagus sebaiknya dibagikan kepada yang lain, untuk menunjukkan rasa syukur sudah bisa datang ke lokasi yang menarik. Orang lain yang melihatnya juga akan ikut bersyukur, karena bisa ikut menyaksikan foto cantik, meski tidak memotretnya sendiri.
“Berbahagialah mereka yang bisa berbagi.” ujar Om Don.
Om Don menyarankan carilah foto-foto yang unik. Untuk foto yang obyeknya bergerak cepat, seperti orang yang menari, usahakan terlihat gerakannya. Ada bagian yang kabur tidak apa-apa, yang penting ada bagian yang terlihat jelas dan tajam.
Untuk foto pertunjukan, selain memotret penampil ada baiknya diperlihatkan juga penontonnya. Bisa saat penampil menghadap atau membelakangi kita. Cari posisi yang strategis, bebas di mana saja yang penting tidak mengganggu pertunjukan.
“Pada prinsipnya semuanya berhak memotret secara bebas, namun etiket memotret harus tetap dijaga.” ucap Om Don.
Secara pribadi, untuk memotret human interest, Om Don lebih suka berjalan natural dan tidak suka mengatur obyeknya. Jika diatur, menurutnya akan terlihat tidak wajar. Namun buat yang suka melakukan settingan adegan, terserah saja sesuai keinginan masing-masing.
Terakhir, Om Don berpesan serius, hasil akhir jauh lebih penting dibanding membanggakan peralatan atau gear yang kita miliki. Akan jauh lebih baik, dengan gear yang biasa-biasa saja, namun mampu menghasilkan karya yang istimewa.
Sebagai penutup Om Don mengatakan,”Banyak yang salah kaprah memahami arti fotografi itu apa. Memang betul secara harafiah memotret adalah melukis menggunakan cahaya. Namun, secara definisi yang benar adalah mengambil dengan alat apa yang sesuai mata lihat.”
*) Materi selengkapnya bisa disaksikan di Youtube Kagama Channel:
Leave a Reply