Semangat Pantang Menyerah Membuat Bagus Gentur Sukses Menciptakan Mesin Pembuat Keju

Bagi Bagus Gentur (Teknik Mesin 2000) kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Ia dulu pernah terjerembab dalam titik nadir kehidupan, di saat ia harus menghidupi istri dan anak yang masih kecil, namun kemudian berhasil bangkit kembali dengan berbekal tekad yang kuat. Tidak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya, sehingga ia tetap berusaha sekuat tenaga keluar dari keterpurukan dan akhirnya menemukan jalan keluar.

Bagus Gentur

Hal itu diungkapkan Gentur ketika diwawancarai oleh Kagama.id di rumahnya Dusun Blekik, Kal. Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Sleman. Gentur memulai kisahnya dari saat seusai diwisuda sebagai sarjana teknik mesin pada tahun 2007, ia merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Tidak butuh waktu lama akhirnya ia mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan manufaktur Jepang di Bekasi.

Pada tahun 2008 ia menikah, dan setahun kemudian lahirlah anak pertamanya. Ketika anaknya sudah berumur sekitar 5 tahun dan mau memasuki usia sekolah, Gentur berpikir bahwa lingkungan Jakarta sepertinya kurang cocok untuk pendidikan anaknya. Ia meyakini Yogya adalah kota yang tepat dengan lingkungan sosial pendidikan terbaik. Setelah dipikir dengan seksama dan diskusi dengan istrinya, akhirnya pada tahun 2014 Gentur memutuskan mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya bekerja dan balik ke Yogya dengan segala resikonya.

Jujur Gentur mengakui saat itu ia bingung mau melakukan usaha apa. Ia tidak yakin bisa memulai usaha engineering di Yogyakarta secara mandiri. Setelah memutar otak begitu lama akhirnya diambil keputusan beternak ayam adalah suatu solusi. Lahan kosong di belakang rumah disulapnya menjadi kandang ayam. Modal yang dipakai adalah tabungan yang berhasil dikumpulkannya selama bekerja di Bekasi.

Suasana bekerja di workshop, Gentur bersama 3 pegawai tetapnya

Namun rupanya beternak ayam tidak semudah perkiraan Gentur. Kegagalan demi kegagalan ia dapatkan dalam perjalanan usahanya mengurusi ayam. Akhirnya tidak sampai setahun usahanya gulung tikar dan Gentur bisa disebut bangkrut total, tak ada lagi uang tersisa. Ia hanya bisa pasrah menerima keadaan.

Namun seperti disebut di awal tulisan, Gentur tidak mau menyerah begitu saja. Ia punya tanggungan anak istri dan itulah yang menjadi penyemangat utamanya. Maka dengan penuh semangat mulailah ia mencari informasi kepada teman-teman tentang dunia engineering di Yogyakarta. Dari informasi yang berhasil dikumpulkannya, membuat Gentur tersadar bahwa ternyata usaha engineering bisa dikembangkan di Yogyakarta secara mandiri.

Gentur sangat percaya bahwa sebuah usaha yang serius tidak akan sia-sia. Dan itu betul-betul terbukti. Pada tahun 2016 ia memperoleh info ada seorang warga Kagama yang pekerjaannya membuat perahu-perahu kecil seperti yang biasa dipakai oleh tim SAR dalam penyelamatan, membutuhkan komponen untuk body kapal yang terbuat dari aluminium dalam jumlah lumayan banyak. Orang tersebut bertanya kepada Gentur apakah bisa mengerjakan pengadaannya, dan tanpa pikir panjang langsung Gentur menyatakan sanggup.

Bekas kandang ayam di belakang rumah yang terbengkalai lalu dirombak Gentur menjadi workshop. Di workshopnya Gentur kemudian menciptakan mesin roll yang berguna untuk merekayasa bentuk aluminium. Saat itulah ia mulai optimis dan yakin jika workshopnya diberdayakan seoptimal mungkin, pasti akan menemukan prospek pekerjaan yang semakin cerah.

Betul juga perkiraannya, salah satu saudaranya yang sedang memulai usaha membikin keju di daerah Cangkringan, Sleman, begitu tahu Gentur bisa membuat mesin sendiri langsung pasrah untuk dibuatkan mesin pengolah keju. Alasannya jika membeli mesin impor, selain harganya mahal juga diliputi kekhawatiran masalah after salesnya. Jika ada trouble, tentu saja harus mendatangkan teknisi dari luar yang biayanya tidak murah pastinya dan tidak bisa sewaktu-waktu datangnya.

Gentur langsung bergerak cepat mencari referensi sebanyak-banyaknya tentang mesin pembuat keju. Setelah dirasa ilmunya cukup, mulailah ia mendesain sendiri mesinnya. Dalam membuat mesin ciptaanya ia dibantu oleh 3 pegawai tetapnya yang begitu paham menerjemahkan apa yang diinginkan Gentur. Hasil karya pertamanya adalah mesin pembuat butter atau mentega. Mesin pembuat mentega didahulukan karena untuk jika ada over produksi, susu bisa terselamatkan dengan diproses menjadi mentega, jadi tidak terbuang percuma.

Satu set permesinan produksi utama pembuatan keju natural kapasitas 2000 liter susu

Setelah satu mesin berhasil diproduksi, maka langkah membuat mesin selanjutnya menjadi terasa begitu semakin mudah. Tahap berikutnya Gentur dan tim membuat mesin utama pengolah keju yang terdiri dari cheese vat atau mesin pengaduk dengan kapasitas 150 – 2000 liter susu tergantung skala pabriknya, cheese press, dan curd chopper atau pemotong susu yang sudah berubah padat mirip tahu bentuknya. Ada satu lagi mesin yang bernama cheese stretcher, yaitu spesial hanya untuk membuat keju mozarella yang strukturnya khusus agar menjadi mulur.

Mesin cheese vat kapasitas 500 liter (depan) dan 1500 liter (belakang)

Untuk pembuatan satu mesin utama dibutuhkan waktu pengerjaan sekitar 3 bulan. Sekedar info, mesin yang dibuat Gentur beserta tim adalah mesin untuk memproduksi keju natural, bukan untuk keju proses. Keju natural adalah keju murni yang dibuat dari bahan utama hampir 100% susu sapi atau susu ternak lain, sedangkan keju proses yaitu keju dicampur adonan penambah massa seperti tepung dengan prosentase lebih banyak campurannya.

Mesin cheese press

Mesin pembuat keju produksi Gentur yang awalnya hanya untuk perusahaan saudaranya makin lama makin dikenal publik, apalagi ketika pada akhir tahun 2019 mesin karyanya diberi brand Dairy O’Matic. Selain di Yogya, ada 2 buah pabrik keju di Berastagi, Sumatra Utara, dan 1 pabrik di Banyuwangi yang memakai mesin buatan Gentur. Lalu yang terakhir karya Gentur sukses melanglang buana ke luar negeri. Ada warga negara Indonesia meminta tolong Gentur merakitkan mesin pengolah keju buat pabriknya yang berada di Kuala Lumpur.

Susu sapi setelah digumpalkan menjadi curd

Ke depannya, dengan dilatarbelakangi keprihatinan Gentur terhadap nasib petani kakao di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, membuat Gentur mempunyai mimpi besar ingin membuat mesin pengolah kakao dari biji sampai menjadi coklat siap makan. Namun, mimpi tersebut untuk saat ini sementara dipendam dulu karena ia masih konsentrasi pada pengembangan mesin keju buatannya. Baik untuk penyempurnaan agar menjadi semakin canggih maupun untuk mengembangkan variasinya.

Mesin curd chopper

Di akhir wawancara, Gentur berpesan, “Jadikan kegagalan yang menimpa kita sebagai pembelajaran. Jangan mudah menyerah untuk setiap cobaan yang kita terima. Yang penting adalah kita harus tetap mempunyai mimpi dan harapan, karena hidup tanpa harapan adalah seperti kita sudah mati sebelum ajal benar-benar sudah menjemput”.

3 Comments

  1. Salut dengan kegigihannya, juga sangat terkesan dengan kecerdasannya menafsirkan dalam bentuk teknologi masinal apa saja yg dibutuhkan utk mempermudah proses produksi dari bahan baku menjadi produk siap pakai dalsm skala home industri. Ini akan sangat membantu pengusaha modal menengah.
    Btw, saya baru tahu jika keju proses itu pakai tambahan tepung yg jumlahnya lbh banyak dari susunya. Seketika saya merasa tdk nyaman karena tdk meyakini keju2 pabrikan yg dijual di pasaran, padahal saya penggemar keju.

  2. Ini sungguh membanggakan. Keju adalah produk makanan andalan yang bisa merubah tingkat kesejahteraan masyarakat. Semoga saya bisa bertemu dengan mas Gentur untuk membangun peluang kerjasama. Sukses mas Gentur!

Komentar ditutup.