Tantangan & Solusi Membangun SDM Berdaya Saing Saat dan Pasca Pandemi

Oleh: Adi Mardianto Soekirno (Ketua KHC & Direktur PT Pinasthika)

Pada hari Minggu (15/11/2020) Kagama Human Capital bekerja sama dengan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional atau disingkat KPC PEN menyelenggarakan Webinar bertema “Tantangan & Solusi Membangun SDM  Berdaya Saing Saat dan Pasca Pandemi”.

KPC PEN yang terbentuk lewat Peraturan Presiden Nomor 82/ Tahun 2020, memiliki 3 prioritas utama dalam upayanya menangani Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional yaitu :

  1. Indonesia Sehat, yaitu Rakyat Aman Dari Covid-19/ Dan Reformasi Layanan Kesehatan
  2. Indonesia Bekerja, yaitu Pemberdayaan Dan Percepatan/  Penyerapan Tenaga Kerja
  3. Indonesia Tumbuh, yaitu Pemulihan Dan Transformasi Ekonomi Nasional

Webinar dibuka oleh Ganjar Pranowo, Ketua Umum Kagama, selaku keynote speaker. Yang menarik adalah ia memberikan arahannya dari pelosok daerah, karena sedang melakukan pemantauan pada beberapa daerah di Jawa tengah yang sedang mengalami kenaikan jumlah yang terkena Covid-19. Turun ke lapangan langsung adalah cara Ganjar untuk melihat situasi dan kondisi sebenarnya di lapangan.

Acara selanjutnya diisi oleh pembicara pertama yaitu Adi Mardianto Soekirno, alumnus Psikologi UGM yang saat ini menjabat sebagai Ketua Kagama Human Capital dan  Direktur PT Pinasthika. Materi yang disampaikan menjelaskan situasi terkini Indonesia dari sisi ketenagakerjaan dan daya saingnya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa situasi saat ini di Indonesia penyebaran virus Covid-19 yang kian masif di masa new normal memberi dampak yang sangat besar pada berbagai aspek termasuk ekonomi baik makro dan mikro. Banyak perusahaan yang merasakan imbas pandemi hingga harus menghadapi masa krisis bagi perusahaannya. Melihat kondisi tersebut, Human Capital harus memiliki peran yang sangat penting dan krusial di masa new normal.

Adi mengambil data dari paparan Undang-Undang Cipta Kerja yang menyebutkan bahwa kaum milenial dan pencari kerja baru adalah merupakan kelompok yang dominan dalam pengangguran terbuka dan pekerja  setengah menganggur lebih menginginkan pasar yang fleksibel. Bila disimak lebih lanjut jumlah total angkatan kerja yang bekerja tidak penuh atau tidak bekerja  adalah 48,54 juta.  Angkan tersebut terdiri dari angkatan kerja baru per tahun sebanyak 2,24 juta orang, jumlah orang yang menganggur sebanyak 7,09 juta orang dan pekerja paruh waktu sebanyak 28,47 juta orang serta mereka yang berada di daerah setengah menganggur sebanyak 8,14 juta orang.

Hal yang tidak bisa pungkiri lagi adalah saat ini daya saing Indonesia dibandingkan negara lain, ternyata masih rendah. Tahun 2018 tercatat berada di nomer 45, pada tahun 2019 merosot ke nomer 50. Peringkat daya saing Indonesia dalam laporan Global Competitiveness Index (GCI) 2019 yang baru dirilis World Economic Forum (WEF) turun ke posisi 50 dari posisi 45 pada tahun lalu. Indeks daya saing global merupakan indikator komposit dari 103 indikator yang dikelompokkan dalam 12 pilar.

Skor terburuk Indonesia dialami pada :

  1. Pilar ke-12 terkait inovasi yang hanya memperoleh skor 37,7 dari skor tertinggi 100.
  2. Pilar ketiga, adopsi pada ICT (information and communication technology) dengan skor 55,4.
  3. Pilar kedelapan yakni pasar tenaga kerja

Pilar stabilitas makro ekonomi yang memperoleh skor tertinggi sebesar 90 dan merupakan prasyarat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan belum dapat mengerek daya saing Indonesia.

APA YANG BISA KITA LAKUKAN ?

Memperhatikan kondisi diatas yang terjadi saat ini, kita selaku praktisi Human Capital mesti berpikir cermat dan bertindak menghadapi situasi tersebut. Ada beberapa rekomendasi yang disampaikan oleh Adi agar perusahaan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan SDM Indonesia bisa bersaing di masa pandemi saat ini dan pasca pandemi setelah Covid-19 ini berakhir yaitu :

Health & Safety

  • Covid-19 nyata merupakan virus yang menular secara cepat dan bisa berakibat fatal pada penderita dengan kondisi kesehatan tertentu.
  • Perusahaan & pribadi mesti mematuhi protokol Covid-19 yang telah disampaikan oleh WHO & Kemenkes RI.

Business Survival

  • Apakah main business dari perusahaan bisa survive dengan situasi global dan lokal terdampak pandemi seperti ini?
  • Efisiensi biaya besar kemungkinan bisa mendukung survival tersebut, walau tidak harus selalu diakhiri dengan pemutusan hubungan kerja.
  • Salah satu Strategi HR Hadapi New Normal adalah, HR harus lebih dalam menyelami struktur biaya, cashflow dan berbagai prediksi keuangan untuk bisa memberikan insight yang tepat agar bisnis tetap survive.
  • Tantangan utama untuk praktisi HR di sini adalah bagaimana bisa membantu bisnis perusahaan bisa tetap survive dalam arti profitable. Bisa jadi mengharuskan HR untuk lebih agile terutama untuk mempersiapkan skill up atau bahkan new skill ke karyawan agar bisa menyesuaikan dengan perkembangan bisnis yang cepat berubah sesuai tuntutan pasar.

Digitalization

  • COVID-19 memaksa terjadinya transformasi digital secara masif di berbagai bidang pekerjaan. 
  • Transformasi digital adalah strategi HR hadapi new normal yang tepat untuk dilakukan.

Sertifikasi Kompetensi

  • Kredibilitas dan kepercayaan dirinya akan meningkat
  • Mempunyai bukti bahwa kompetensi yang dimiliki telah diakui
  • Meningkatkan akses untuk berkembang dalam profesinya

Agility

  • Bisnis harus beradaptasi dengan masa depan untuk bisa terus bertahan. Bisnis harus beradaptasi dengan masa depan pekerjaan, dan kemampuan untuk bergerak dengan kecepatan dan ketangkasan adalah kemampuan kritis yang dapat dipengaruhi oleh SDM.
  • Contoh Agility. Merubah model bisnis perusahaan yang sebelumnya door to door menjadi online.

Budaya Perusahaan

  • Budaya perusahaan menjadi salah satu kunci keberhasilan perusahaan bertahan di masa pandemi Covid-19.
  • Perusahaan yang memiliki budaya organisasi lebih kuat dianggap lebih bisa bertahan dalam menghadapi jurang resesi ekonomi yang sudah di depan mata.

Kepemimpinan

  • Salah satu strategi dalam menghadapi new normal lainnya adalah kepemimpinan di perusahaan.
  • Kepemimpinan yang baik akan memastikan kesuksesan bagi organisasi di masa pandemi seperti ini.

Selanjutnya pembicara kedua yaitu Anung Anindita, seorang pakar Human Capital yang sekarang ini berkarya di PT Pegadaian sebagai SVP Human Capital. Anung menjelaskan tentang Re-skilling dan Up-skilling sebagai alternatif untuk meningkatkan daya saing SDM Indonesia.

Sebagai pembicara terakhir adalah Mc Tri Setiyantono, yang merupakan seorang HC Advisor. Pengalamannya sebagai praktisi Human Capital dikerjakannya di perusahaan tambang dan perkayuan lebih dari 25 tahun.  Tri Setiyantono menyampaikan bagaimana cara kita untuk menyikapi perubahan yang terjadi saat ini. Ada tiga cara yang bisa kita lakukan untuk menyikapi perubahan yaitu :

  1. Menjadi pekerja
  2. Menjadi wirausaha
  3. Menunggu?

Bila pilihan kita adakah nomer satu, maka sikap menjadi pekerja, dengan cara kerja baru yang bisa kita lakukan adalah :

  1. Adaptasi dengan teknologi
  2. Terbuka terhadap perubahan
  3. Menjaga media sosial Pribadi positif
  4. Menyiapkan kompetensi menjadi pekerja, memiliki sertfikasi keahlian (GNIK)

Bila pilihan kita adalah nomer dua, maka sikap menjadi wirausaha dengan cara kerja baru yang bisa kita lakukan adalah :

  1. Terbuka dengan perubahan
  2. Menjaga reputasi
  3. Terbuka untuk saling berkolaborasi dalam meningkatkan diri

Bila pilihan kita adalah nomer tiga, maka kita senantiasa akan menunggu dan menunggu akan ketidak pastian yang terjadi dan akan menjadi tertinggal oleh jaman yang makin cepat berputar.