Psychological Capital (Modal Psikologis) bagi UMKM

Oleh: Drs. Wisnu Kuncoro CK, Psy.

A. Kenapa UMKM banyak gagal?

Menurut MerdekaStudio.Com (28 Maret 2018); Semakin banyaknya pelaku usaha kecil  menengah membuat persaingan usaha juga semakin ketat. Hal itu tentu saja membuat para pengusaha kecil dan menengah beresiko mengalami kegagalan. Terlebih lagi jika dalam memulai sebuah usaha, seorang pengusaha terlalu tergesa-gesa dan tanpa adanya perhitungan yang matang. Seringkali kita mendengar para pelaku usaha yang menyatakan bahwa memulai usaha itu dapat dikatakan gampang-gampang susah.Kegagalan merupakan resiko terbesar yang harus dihadapi  para pelaku usaha, apalagi pelaku usaha yang masih pemula. Suatu persaingan bisnis, manajemen internal perusahaan dan sebagainya dapat menjadi salah satu faktor kegagalan di dalam sebuah usaha. Selanjutnya faktor-faktor internal (person center) berikut ini penting untuk diperhatikan para pelaku usaha yang baru memulai usahanya.Pertama, sikap pengusaha. Sikap seorang pelaku usaha yang keras kepala, paranoid, tidak mau berhadapan dengan konflik dan juga resiko, perfeksionis dan merasa bahwa dirinya paling benar sendiri sering membuat mereka tidak mau menerima ide, saran atau masukan dari orang lain terlebih lagi bawahannya. Hal itulah yang bisa memicu terjadinya sebuah kegagalan dalam usaha. Kedua, disfungsi manajemen. Kurangnya fokus, perencanaan, visi, standar dan lain sebagainya yang berkaitan dengan manajemen usaha, ditambah lagi dengan kurangnya kerjasama yang baik dengan mitra kerja juga bisa menjadi penyebab dari kegagalan sebuah usaha.Ketiga, operasional tidak efisien. Banyaknya pengeluaran yang digunakan untuk sewa, tenaga kerja, bahan produksi dan ditambah lagi dengan karyawan yang kurang ulet serta tidak mampu melakukan negosiasi (dalam konteks yang bisa menguntungkan perusahaan) akan menyebabkan perusahaan menjadi tidak kompetitif dan mengalami kegagalan.Keempat, akuntansi buruk. Seorang pengusaha yang tidak dapat mengontrol bisnisnya apalagi tidak memiliki data keuangan juga tidak menutup kemungkinan mengalami kegagalan. Kesalahan yang umum terjadi yaitu para pelaku usaha yang menyewa para akuntan luar untuk melakukan perhitungan pajak serta mengawasi keuangan, padahal pekerjaan seperti itu seharusnya dikerjakan oleh bagian kepala keuangan. Kelima, kekurangan uang cash. Hal buruk yang bisa saja terjadi pada usaha kecil Anda adalah kehilangan pelanggan serta karyawan yang berpotensi, datangnya kompetitor baru dan tuntutan hukum yang bisa saja dialami oleh pengusaha manapun yang dapat mengakibatkan tekanan pada keuangan usaha. Hal itu yang bisa membuat perusahaan menjadi kesulitan dalam proses recovery jika perusahaan harus berhutang uang cash dengan jumlah yang cukup signifikan.Keenam, pertumbuhan usaha yang tidak terkontrol. Terlalu luas berekspansi mungkin menjadi salah satu penyebab kegagalan yang ironis. Ekspansi yang gagal bisa disebabkan oleh kesalahan dalam memilih pasar yang ternyata tidak menguntungkan. Selain itu, terlalu banyak meminjam uang untuk mempertahankan pertumbuhan pada tingkatan tertentu juga menjadi penyebab sebuah kegagalan usaha.Beberapa penyebab kegagalan usaha tersebut harus sering dilakukan evaluasi agar bisa segera diatasi..

Sedangkan menurut Sisternet.co.id (25 Februari, 2020); Sebenarnya, apa yang menjadi penyebab gagalnya UMKM? Memulai dan merintis bisnis meski pada level UMKM membutuhkan kerja keras dan perjuangan ekstra untuk bisa tetap survive. Entah disadari atau tidak, banyak pelaku UMKM yang abai dengan faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat menghalangi bisnisnya bahkan berisiko menjadi penyebab gagalnya UMKM yang dirintisnya. Penyebab tersebut adalah sebagai berikut:1. Keterbatasan modal; Sudah menjadi rahasia umum jika modal sering kali menempati posisi teratas dalam permasalahan yang dihadapi setiap pelaku usaha, termasuk UMKM. Ketika akan memulai UMKM, kebanyakan calon pengusaha hanya memperhitungkan modal usaha sebatas untuk pengadaan barang, peralatan, dan tempat usaha saja. Mereka lupa atau bahkan tidak tahu jika menjalankan bisnis juga membutuhkan biaya operasional yang harus dipersiapkan di awal.Biaya operasional menyangkut biaya-biaya yang harus dikeluarkan selama berjalannya bisnis, seperti biaya gaji karyawan, listrik dan air, pulsa telepon, dan lain-lain. Bisnis umumnya tak langsung menghasilkan uang ketika mulai dirintis. Bahkan bisa jadi di tahun pertama perintisannya, bisnis belum menghasilkan uang yang cukup untuk menutup seluruh biaya operasional. Sayangnya, modal untuk biaya operasional UMKM tidak diperhitungkan apalagi disediakan sejak awal. Keterbatasan modal inilah yang menyebabkan UMKM tak bisa bertahan lama, karena tak memiliki uang tunai yang cukup untuk mendanai operasional bisnis. Sementara arus kas masuk dari bisnis belum mencukupi untuk menutup seluruh biaya operasional yang ada. 2. Pengelolaan modal yang buruk. Titik impas setiap UMKM sangatlah bervariasi. Artinya, waktu yang dibutuhkan untuk bisa balik modal pada masing-masing UMKM berbeda. Ada yang cepat kurang dari satu tahun, ada pula yang lambat hingga butuh waktu lebih dari satu tahun. Di saat UMKM telah mencapai titik impas, menandakan bahwa arus kas masuk sudah lancar. Dengan kata lain, UMKM telah mampu menghasilkan keuntungan yang bisa digunakan untuk menutup biaya-biaya operasional bahkan melakukan pengembangan atau ekspansi bisnis.Kemampuan UMKM menghasilkan laba tak selalu diimbangi dengan kemampuan mengelola modal yang memadai dari sang pengusaha. Perolehan laba seharusnya bisa menambah modal usaha. Secara lebih lanjut modal tersebut bisa digunakan untuk melakukan ekspansi usaha atau inovasi produk. Sayangnya tak semua pengusaha berlaku demikian. Banyak yang justru menggunakan laba usaha untuk kepentingan pribadi atau hal-hal lain yang tidak berkaitan dengan pengembangan bisnis. Hal tersebut jelas tidak akan menghasilkan atau bahkan menciptakan aliran pendapatan baru yang menguntungkan bagi kegiatan bisnis UMKM. Akibatnya, UMKM tidak akan bertumbuh sehingga cenderung stagnan bahkan mengalami kemunduran yang bermuara pada hidup perusahaan yang hanya berlangsung singkat. 3. Minim organisasi; UMKM umumnya belum dilengkapi dengan sistem yang memungkinkan karyawan untuk bekerja secara otonom. Setiap aktivitas kerja pada UMKM cenderung tersentralisasi pada sang pemilik usaha, mulai dari pencatatan transaksi keuangan, jual beli, inventarisasi barang, hingga data suplier. Hal ini mengakibatkan akses karyawan terhadap bisnis UMKM terbatas. Karyawan tidak memiliki kebebasan dalam bernegosiasi dengan pelanggan, karena segala sesuatunya di bawah kendali pemilik UMKM.

Bisnis akan sulit bertumbuh, karena hanya didominasi oleh perorangan, yakni sang pemilik. Jika suatu saat sang pemilik berhalangan kerja, seperti sakit, pergi ke luar kota, atau bahkan meninggal, maka operasional bisnis akan terganggu. Sebab, karyawan tidak terbiasa mendapat delegasi tugas atau izin untuk mengakses transaksi bisnis dan keuangan. Ketika sang pemilik tak lagi mampu meng-handle semua urusan, maka berakhir pulalah bisnis tersebut.4.Ketidaksiapan berjualan; Bisnis bisa tumbuh dan berkembang dengan kedisiplinan dan tentunya kesiapan untuk menjual produk atau jasa yang ditawarkan. Ketika produk atau jasa diluncurkan ke publik, UMKM harus siap dengan reaksi pasar. Jika ternyata pasar merespon dan menyukai produk atau jasa yang ditawarkan tentu akan ada banyak pembelian. Di saat banyak orderan masuk, UMKM justru sulit untuk memenuhinya dikarenakan keterbatasan sumber daya, baik stok produk maupun jumlah pekerja. Akibatnya, banyak pelanggan kecewa karena tak terlayani dengan baik. Inilah yang dimaksudkan dengan ketidaksiapan menjual.Mereka tak akan melakukan pembelian ulang apalagi merekomendasikannya kepada orang lain. Jika UMKM tak mampu mengatasi, maka kelangsungan bisnisnya tidak akan bertahan lama.

Ternyata jelas, kegagalan UMKM cenderung disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat internal. Diakui atau tidak memang pengelolaan UMKM belum memenuhi standar profesional bisnis. Artinya, dalam pengelolaan UMKM masih melibatkan kepentingan pribadi di dalamnya. Hal ini umumnya ditunjukkan oleh pengelolaan keuangan, di mana pendapatan bisnis yang diperoleh juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, bahkan porsinya lebih besar dari kebutuhan bisnis itu sendiri. Akibatnya, bisnis mengalami kekurangan uang tunai untuk membiayai operasionalnya.

Adapun Yunita Resmi Tari, Kepala Pengembangan UMKM & Perlindungan Konsumen Bank Indonesia, dalam Webinar ‘Menuju UMKM bangkit” yang dilaksanakan KAGAMA & Yayasan Bina Nusantara ( 22 Agustus 2021) menjabarkan bahwa  total 65,5 juta UMKM berdasarkan skala bisnis, 98,67% adalah UMKM Mikro, 1,72% UMKM Kecil, 0,10% UMKM Menengah dan hanya 0,01% merupakan UMKM Besar. Adapun UMKM yang telah memiliki Kredit Bank sebesar 30,5% sedangkan sisanya 69,5% belum memiliki kredit bank dengan alasan; tidak butuh (38%), bunga tinggi (31,37%), prosedur sulit (23,73%), tidak memenuhi syarat (12,40%). Kalau melihat data dari Bank Indonesia bahwa hampir 70% UMKM belum memiliki kredit bank dengan alasan tersebut, maka hal ini dapat diasumsikan bahwa mereka belum/kurang memiliki kompetensi diri, sehingga tidak berani untuk bangkit dan berkembang. Oleh karenanya untuk membantu para UMKM bangkit akan sangat diperlukan pendampingan maupun pelatihan akan peran Psikologi guna meningkatkan Kompetensi Diri Kepemimpinan Kewirausahaan para pelaku UMKM, disamping pelatihan tentang Peningkatan Produk, Manajemen Keuangan, Pemasaran dan Digitalisasi Perbankan & Pemasaran,

B. Peran Psikologi

Sebenarnya para Psikolog Industri tidak menutup mata akan permasalahan yang dialami para pelaku UMKM, mereka menyadari bahwa Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental yang mendasarinya memiliki peran penting dalam meningkatkan UMKM yang dijalankan oleh manusia selaku human capital. Selaku entrepreneur, terdapat fungsi yang mencakup faktor biologis, psikososial, dan konteks lingkungan yang didasarkan pada perspektif person-oriented (Obschonka & Stuetzer,M; Integrating psychologicial approach to entrepreneurship, 2017). Maka mereka, khususnya Assosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO) mulai berkecimpung untuk membantu UMKM dan hasilnya telah dirangkum dalam buku; “Sumbangsih Asosiasi Psikologi Industri, Pendampingan UMKM Dan Kewirausahaan”, Februari 2021 yang isinya sebagai berikut; 1. Sumaryono, Ketua APIO & Dosen Fak.Psikologi UGM, meneliti para pelaku UMKM di Yogya, menyimpulkan bahwa para pelaku UMKM yang sukses memiliki Semangat CHANGE yang terdiri dari  Challenge, Hope, Adapt, Network, Growth, Excellence. CHANGE spirit  adalah strategi berkelit di masa sulit. 2. APIO Jawa Barat (Anissa LK, Diana Harding, Arief Budiarto, Gianti Gunawan, Endah Andriani, Medianta Tarigan & Anastasi W) merumuskan & menyimpulkan bahwa terdapat faktor pola pikir, nilai, sikap, motivasi, maupun perilaku yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berwirausaha. 3. MC.Oetami Prajaningsih, dosen Perbanas, mengkritisi Talent Mapping, alat pendeteksi bakat temuan Rama Royani (Tehnik Fisika, ITB) menyimpulkan bahwa Talent Mapping Data bisa menjadi alat diteksi untuk mencari peluang bisnis atau tipe entrepreneur yang cocok dengan kekuatan yang dimilikinya. 4. Shanti Komalasari, anggota APIO Banjarmasin  & Dosen UIN Antasari, meneliti 7 UMKM yang dianggap sukses di Banjarmasin menyimpulkan bahwa Strategi UMKM untuk bertahan di masa pandemic adalah; e-comerce, mengubah core business, inovasi produk, mengembangkan kreativitas, networking, mengubah mindset, sikap optimis, positive thinking , pengurangan karyawan. 5. Anggota APIO Yogya (Lailatul Fitriah, Arief Fahmi, Elisa Kusrini) meneliti 204 Karyawan (follower) UMKM di Yogya menyimpulkan bahwa religious followership yang terdiri dari 5 aspek; ketaatan, meneladani pemimpin, sabar, integritas, dan dinamis dapat dijadikan sebagai salah satu dasar untuk merancang, melaksanakan, mengevaluasi program pengembangan individu karyawan UMKM. Jadi tidak hanya owner/pemimpin UMKM yang dikembangkan agar terjadi sinergi yang baik.

C. Pentingnya Modal Psikologis (Psychological Capital) bagi UMKM

Anggota APIO Batam (Anindya Ayu Hirasti, Yuditia Prameswari) meneliti 1.900 UMKM di Batam menyimpulkan bahwa modal yang paling berharga dalam menghadapi situasi pandemik ini adalah Psychological Capital atau sering disebut dengan PsyCap. Psy Cap, menurut (Luthan and Youssef Morgan; “Psychological Capital; An Evidence_Based Positive Approach”, 2017) adalah penilaian terhadap situasi yang sedang dihadapi dan sebuah keinginan untuk sukses dengan usaha yang termotivasi & ketekunan.  Merupakan modal yang paling berharga didalam menghadapi kesulitan. Psy Cap baru akan muncul Ketika pelaku menghadapi “situasi sulit” karena Pandemi, persaingan bisnis, perubahan peraturan, bencana, kekurangan modal, perubahan kebutuhan konsumen maupun  masalah karyawan. Pengelolaan Psy Cap yang tepat akan membuahkan hal yang optimal pula.Kita dapat mengambil contoh dari ketiga Pengusaha Wanita sebagai berikut:1. Kiat Bisnis Susi Pudjiastuti, Entreprenuer Susi Air: Wanita itu lebih resilience (tahan banting) dari pada pria dalam berbisnis. Sehinga lebih memungkinkan untuk berkembang, karena diotak wanita selalu berpikir kalkulasi cost spending and revenue menjadi platform mereka.

Sehingga ia meminta bantuan KMWF (Lembaga Keuangan German) guna membantu UMKM dengan memberikan bunga kredit yang kecil, bunga kredit sebesar 9% disaat bunga pinjaman bank di Indonesia 24%. Selain itu lembaga keuangan German juga membantu pengelolaan dengan menggunakan mesin2 freizer yang efisien dan ramah lingkungan, sehingga lebih menguntungkan, bisa dijadikan investasi sectoral. 2.Kiat BIsnis Inul Daratista, Penyanyi & Pengusaha Karaoke; begitu pandemik datang , memaksa karaoke nya harus tutup, maka tak terbayangkan kerugian yang diderita dari investasi 100 outlet karaoke, terlebih memikirkan nasib ke 7000 karyawannya. Inul pun meski dalam kondisi stress ia memutar otak untuk melihat peluang bisnis yang ada dan lagi digemari. Dijaman K-POP dari Korea mendunia ia membuka Restoran Korea, disusul membuat restoran makanan dari ayam yang diberi nama Shake a Shake, kemudian makanan Rawon Tulang muda yang dikendalikan dari rumahnya karena ia beranggapan bahwa dari sisi bisnis dalam kondisi pandemik, bisnis makanan masih diperlukan masyarakat. Ia menggunakan strategi menggunakan jasa teman , kolega untuk mempopulairkan dagangan bisnisnya.

Masih memikirkan karyawan yang lagi menganggur, ia membuka bisnis pakaian anak-anak dengan merk Inoel KUD Collection serta pakaian fashion untuk wanita yang diberi merk Shopidara. Yang penting “lumintu” kecil-keil tapi banyak mengguntungkan, sehingga bisa menghidupi keluarga karyawan, tegasnya. 3. Kiat Bisnis Delia Murwihartini, Pengusaha Tas Dowa; Pada tahun 1993 ia mendapatkan order dari Buyer yang di Italy bahwa Klien di Inggris dan Jepang membutuhkan tas rajut yang terbuat bukan dari benang  katun tetapi dari benang nilon, yang tidak ada di Indonesia. Ia pun berpikir keras untuk mengambil peluang atau tidak. Akhirnya ia membeli contoh benang nilon tersebut di Milan dan dibawanya ke Bandung untuk mendatangi pabrik benang disitu dan menantang pabrik tersebut bisa bikin benang nilon atau tidak. Pabrik itu menyanggupi tapi harus mengganti mesin, oleh karenanya pabrik mensyaratkan untuk pembelian 1 ton benang nilon dari Delia. Di situ keberanian pengambilan keputusan Delia diuji dan ia membuktikan naluri seorang pengusahanya untuk membelinya. Ternyata nalurinya tepat, tahun 1995 ia memperluas pemasaran tas nilonnya ke Amerika. Disinilah sampai tahun 2005, Delia mengalami puncak produksi karena harus mengirim 5.000 tas benang nilonya per hari atau 125.000 tas per bulan ke Amerika. Konsekuensinya,  ia  harus melibatkan 8.000 pegawai pabrik serta 10.000 pengrajin yang tersebar dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Tmur dan Bali. Suatu pekerjaan berat dan sulit meski mendatangkan penghasilan yang besar. Ketika pandemik menyerang,  mengakibatkan produksinya harus

berhenti, kecuali klien dari Swedia yang Negara tersebut tidak pernah lock-down. Kembali Delia harus berpikir keras, melihat peluang di pandemik ini Delia segera “banting stir” memproduksi Hamas, Apd dan Masker begitu juga untuk penggrajinnya diajari membuat masker yang dijahit dengan tangan dan dijual melalui market place dengan menggunakan merk Dowa.

Berdasarkan gambaran diatas maka dapat disimpulkan faktor-faktor Psy Cap yang dominan adalah; 1. VISI yang kuat, 2.Bersikap Positif, 3. Tidak kenal menyerah, 4. Berpola pikir Tanpa Batas (Think like there is no Box), 5. Jeli melihat peluang, 6. Berani Mengambil keputusan, 7. Berani berubah (Change spirit), 8. Net Working. Untuk menerapkan kedelapan unsur Psy Cap tersebut dimulai dengan Visi Yang Kuat (Bersikap positif) dan Berpikir Tanpa Batas serta bertindak sebagai “Wong Edan Yang Beriman”, sebagai berikut:

Tung Desem Waringin, dalam bukunya: Life Revolution (Gramedia 2018) mengatakan; Resep BAHAGIA adalah SIB = Sabar (Sabar dalam berjuang), Ikhlas (Ikhlas waktu kehilangan/memberi), Bersyukur (Bersyukur dalam segala sesuatu). Namun seringkali kata “sabar”, “ikhlas”dan “bersyukur”digunakan untuk Kebahagiaan Naif dan dengan itu lalu merasa tidak perlu maju lagi, tidak perlu membawa manfaat serta tidak perlu berarti atau bermakna. Oleh karenanya resep BAHAGIA SEBENARNYA adalah SIB + PUM (Progress, Useful, Meaningful): Progress : Mengambil langkah untuk maju terus selama diberi kesempatan oleh Tuhan, kita harus mengembangkan talenta diri dan manfaat diri. Useful : Bermanfaat untuk orang banyak dan alam semesta. Mungkin kita sabar, ikhlas, bersyukur serta mengalami progress/kemajuan yang sangat besar secara spiritual bahkan mengalami pencerahan yang luar biasa. Namun bila tidak Diamalkan, seperti: menuliskan kedalam buku, mengajarkan kepada orang lain maka pencerahan yang kita peroleh tidak ada manfaatnya bagi orang lain. Meaningful ; Melakukan hal-hal selain useful juga berarti atau bermakna bagi diri sendiri, yang memenuhi visi pribadi dan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting. Namun hal tersebut, menurut penulis masih harus ditambah dengan Filosofi Dasar dari kehidupan manusia yang diciptakan oleh Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Maka Visi kita harus  didasari semata-mata oleh NIAT untuk mendapatkan ridho dari Tuhan karena Ketaqwaan kita.TAQWA: Keyakinan yang kuat akan kekuasaan Tuhan dengan cara; Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya agar diberikan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat).. Sehingga perlu diambahkan huruf T= Taqwa dan huruf N=Niat pada rumus/resep Kebahagiaan Sebenarnya di atas. Jadi rumus/resep Kebahagiaan Sejati adalah ; TNSIB + PUM.

Dengan demikian kita bisa Sabar, Ikhlas, Bersyukur, Maju (progress), Berguna (useful) & Berarti (meaningful) karena Niat kita untuk mendapatkan ridho dari Tuhan berdasarkan Taqwa kita kepada-Nya. Hal ini harus menjadi Visi universal pelaku UMKM sedangkan Visi UMKMnya(Misinya) untuk membawa usaha UMKM menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

Sedangkan Think Like There Is No Box, adalah berpikir “gila” seolah tidak ada kotak yang membatasi perspekstif kita. Akan menghasilkan inovasi nyata jika ada keberanian untuk bertindak “gila”. Istilah “kotak” disini  dianalogikan sebagai halangan-halangan dalam berpikir kreatif atau mewakili faktor-faktor yang menjadikan manusia kehilangan kemampuan berpikir kreatif. Keluar dari kotak akan membuat kita bisa berpikir lebih bebas. Rumusnya adalah: “Gagal, Ulangi. Salah, Perbaiki. Berhenti, Mati”. Berpikir “gila” ala Ahmad Bambang (Direktur PemasaranPertamina) disebut CRAZY yang merupakan akronim dari Combining, Reducing, Adventuring, Zooming dan Yoyo-ing. Ini adalah tehnik berpikir yang akan membuat kita terbebas dari pola-pola lama dikepala kita.

1.Combining: Steve Jobs, mengatakan, “Creativity is just connecting thinks”. Combining berarti menghubungkan dua hal yang awalnya tidak berhubungan. Combining bisa berarti juga menambahkan hal-hal baru untuk meningkatkan value.. Hilangkan “kotak” yang membatasi produk atau jasa Anda, Lalu cobalah eksplorasi kemungkinan-kemungkinan untuk menambahkan hal-hal baru atau menggabungkan dengan sesuatu diluar sana.  2. Reducing: Inovasi “gila” bisa lahir dengan cara menghilangkan hal-hal yang hanya menambah biaya dan tidak memberikan nilai tambah apa-apa.Bisa jadi banyak hal dari produk, proses, layanan, promosi, dan saluran distribusi perusahaan yang biayanya jauh lebih besar dibandingkan manfaatnya. 3. Adventuring: Di luar sana perubahan terjadi dengan kecepatan yang luar biasa. Karena itu,”kotak” harus dihilangkan agar bisa melihat keindahan di luar sana. Setelah “kotak” hilang, inilah saatnya untuk pergi berpetualang mendatangi tempat-tempat baru, belajarlah inspirasi dari sumber-sumber baru yang tidak terbiasa dikaji. Inilah yang membuat berpikir dengan cara tidak biasa, berpikir “gila”. Tehnik adventuring terutama berguna untuk memicu ide-ide pengembangan produk atau program baru. Melalui tehnik ini, kita bisa ciptakan ide-ide “gila” dengan cara mengambil dan memodifikasi dari industri lain. Bisa juga dengan menggali informasi dari pakar- pakar yang tidak “biasa “, di luar industri kita. 4. Zooming (Memperluas Pandangan): Kemampuan memperluas cakrawala dan pandangan dalam melihat suatu persoalan. Bisa mendefinisikan ulang bisnis, produk, pelanggan bahkan pesaing. 5. Yoyo-ing (Melihat dari berbagai perspektif); Ketika mainan YOYO diputar-putar, bagian atas jadi di bawah, yang di bawah ganti diatas, bagian samping dan belakang bisa berpindah ke depan. Hasilnya, kita bisa melihat sisinya. Inilah tehnik yoyo-ing. Ketika menghadapi masalah, sering kita hanya melihat dari satu sisi saja, akhirnya sudut pandang menjadi terbatas. Perspektif kita juga jadi cenderung dari sisi perusahaan, biasanya mengabaikan kepentingan pelanggan. Inilah yang dinamakan company–centric perspective. Sebaliknya, dengan melihat dari kacamata pelanggan, ide-ide baru yang “gila” akan mudah keluar. Dan karena muncul lewat empati yang dalam terhadap kebutuhan pelanggan , biasanya ide-ide tersebut akan laku dijual. Adapun Istilah WEYB dicetuskan oleh Mohamad Noor Sudrajat (saat ini, Direktur SDM & Keuangan, PT.Krakatau Tirta Industri). Bahwa, “WEYB (Wong Edan Yang Beriman)”adalah bertindak di luar nalar, segala cara dilakukan disertai berdoa kepada yang Maha Kuasa agar dilancarkan usahanya. Hal ini dilakukannya manakala menjabat sebagai menjadi GM Sales Distibutor & Special Account PT. Krakatau Steel, Tbk; guna memotivasi Tim Pemasarannya dalam mencapai target yang ditetapkan. Dan terbukti sukses, sehingga ia dipromosikan jadi Direktur Utama PT. Krakatau National Resources, salah satu anak perusahaan PT.Krakatau Steel, Tbk.KESIMPULAN: “Sukses menjalankan usaha (UMKM) adalah mengoptimalkan Psychological Capital (Psy Cap) dan Bertindak sebagai WEYB, agar sukses & bahagia”.

Profil Penulis:
Lulusan Fak. Psikologi-UGM tahun 1982 (angkatan 1976), Mantan: Kasi Rekrutmen & Pengembangan Pegawai PT. Pembangunan Perumahan (PP), Human Resourcer Officer Total Indonesie (TI), Personnel Manager PT. Multi Bintang Indonesia (MBI), Senior Manager Human Resources
Alamat: Mutiara Fatmawati Residence A/5, Jl. H. Kamang no.44, Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Hp: 0811 10 4022
Email:  wisnu simak@creator
Bank Account: 605671322, Permata Bank, atas nama: Wisnu Kuncoro Condro K

 

1 Comment

Komentar ditutup.