Mengatasi Covid–19 adalah Pertempuran Jangka Panjang

Oleh: Ma’rufin Sudibyo

Wabah penyakit Covid–19 telah menggetarkan dunia sejak muncul di awal tahun ini. Menyandang status sebagai pandemi, ia merebak ke segenap penjuru Bumi. Perjuangan untuk mengatasinya adalah pertempuran jangka panjang hingga bertahun–tahun ke depan. Sepanjang waktu itu normal baru menjadi sebuah keniscayaan.

Demikian salah satu kesimpulan yang dapat ditarik dari kegiatan UGMtalks sinergi Universitas Gadjah Mada dan Kagama yang diselenggarakan secara daring (online) pada Minggu 14 Juni 2020 lalu. Dengan tema “Mempersiapkan Normal Baru: Pengalaman Negara Lain” , temu–daring yang melibatkan 360 peserta di segenap penjuru menjadi pertemuan serius yang membahas dampak terkini dan pelajaran yang dapat diambil dari pandemi Covid–19 di sejumlah negara.

Sebagai pembicara kunci adalah Ibu Retno Marsudi (Menteri Luar Negeri RI) dan Bapak Ganjar Pranowo (Ketua Kagama dan Gubernur Jawa Tengah). Pembicara–pembicara selanjutnya adalah para diplomat Indonesia yang sedang bertugas di tiga negara berbeda, masing–masing Bapak Witjaksono Adji (Wakil dubes di KBRI Austria), Bapak Hariyanta Soetarto (minister counsellor di KBRI Vietnam) dan Bapak Theodorus Satrio Nugroho (minister counsellor di KBRI Amerika Serikat). Sedangkan sebagai pembahas adalah dokter Riris Andono Ahmad, epidemiolog dan Ketua Satgas Covid–19 UGM.

Organisasi kesehatan sedunia (WHO) telah menyatakan virus SARS–CoV–2 penyebab penyakit Covid–19 ini akan hadir di tengah–tengah umat manusia masakini untuk waktu yang lama. Sehingga pandemi pun akan berlangsung lama, berbilang bertahun–tahun ke depan. Karena disebabkan oleh virus baru yang belum dikenali tubuh manusia sebelumnya, maka secara epidemiologis pandemi ini akan berakhir bila salah satu dari syarat ini terpenuhi: terbentuknya kekebalan komunal (herd immunity) atau terjadi mutasi virus menghasilkan strain kurang mematikan.

Berdasarkan tingkat infeksi virus SARS–CoV–2 maka kekebalan komunal terhadapnya bisa dicapai apabila minimal 70 % penduduk dunia telah terpapar virus sehingag di tubuh mereka terbentuk antibodi spesifik. Pembentukan antibodi merupakan ciri khas pertahanan tubuh manusia menghadapi agen infeksius, baik bakteri maupun virus. Kekebalan komunal tersebut dapat dicapai baik secara alamiah (yakni terpapar virus) maupun buatan manusia (yakni melalui vaksinasi). Itupun dengan syarat bahwa 30 % dari sisa populasi yang belum terpapar tidak mengelompok dalam satu lokasi geografis.

Terbentuknya kekebalan komunal alamiah dapat dilihat misalnya pada kasus pandemi flu Spanyol yang disebabkan virus H1N1 seabad silam. Virus tersebut menginfeksi sekitar sepertiga penduduk dunia saat itu. Kekebalan komunal alamiah tidak menjadi pilihan pada saat ini karena pertimbangan terbatasnya kapasitas fasilitas kesehatan masyarakat. Sementara kekebalan komunal buatan dicapai melalui program vaksinasi massif, yang dalam sejarah sudah berhasil meminimalkan atau bahkan menghentikan aneka penyakit menular yang pernah begitu menakutkan di masa silam. Saat ini sejumlah kandidat vaksin Covid–19 dilaporkan telah mulai diujicoba. Meski demikian membutuhkan waktu sekitar setahun lagi untuk benar–benar siap dan masih butuh waktu lagi untuk memproduksinya besar–besaran. Sehingga diperkirakan paling cepat vaksin tersebut baru siap pakai mulai 3 tahun ke depan.

Selain kekebalan komunal, pandemi Covid–19 juga bisa berakhir apabila virus SARS–CoV–2 mengalami mutasi hingga akhirnya menghasilkan strain yang stabil dan kurang mematikan. Mengikuti hukum evolusi, virus baru tersebut harus beradaptasi jika ingin bertahan lama di dunia tanpa ikut musnah seiring kematian inang–inangnya. Dalam sejarah mutasi menjadi strain yang kurang mematikan dapat dilihat misalnya dalam pada virus H1N1. Virus penyebab pandemi flu Spanyol pada saat ini masih ada namun dalam strain yang kurang mematikan meski sempat memicu pandemi baru pada 2009 – 2010 sebagai pandemi Flu Babi.

Berdasar syarat tersebut maka diperkirakan butuh waktu antara 3 hingga 5 tahun ke depan agar pandemi Covid–19 bisa teratasi. Tergantung mana yang lebih dulu tercapai, apakah kekebalan komunal atau mutasi virus. Sehingga perjuangan dalam mengatasi pandemi Covid–19 adalah peperangan jangka panjang. Karenanya normal baru (new normal) menjadi sebuah keniscayaan. Agar peradaban umat manusia bisa terus berlanjut di tengah resiko penularan yang masih tinggi.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*