Mengasah Kepekaan Hati dan Toleransi dengan Beryoga bersama Swety Firmanti

Oleh: Soelistyowati

Minggu (2/8/2020) kembali digelar Nusantara Beryoga Bersama KAGAMA (NBBK) diikuti oleh sekitar 80 orang. Mayoritas peserta tetap yang mulai rutin bergabung dari awal latihan yoga virtual ini dilaksanakan meski setiap minggu ada saja peserta baru. Kali ini Swety Firmanti dari Padma Yoga yang bertindak sebagai instrukturnya.

Tema yang dibahas kali ini adalah yoga dapat meningkatkan keselarasan tubuh, manah, dan jiwa. Melalui olah fisik dan olah nafas secara teratur kita  bisa membaca diri  kita. Yang biasanya kemrungsung akan menjadi lebih sareh dalam menyikapi sesuatu, menyadari dan memahami kemampuan diri sendiri dan orang lain.  Yang semula belum bisa melakukan satu gerakan tertentu, padmasana (sikap bunga teratai) misalnya, menjadi bisa bahkan tanpa disadari tubuhnya sudah mampu beradaptasi. It will come. Tubuh kita tidak sama  antara yang kiri dan yang kanan.

Latihan yoga selalu dilakukan secara seimbang dengan membaca batas rasa sakitnya meminjam istilah Bli Ode dan selalu tersenyum dari dalam hati seperti pesan Bli Arsiawan. Yoga mengajarkan kita untuk menyeimbangkan keduanya. Telapak kaki yang biasanya di bawah bisa menjadi di atas (sarvangasana, sirsasana) bahkan telapak kaki dicium dengan penuh kelembutan (kurmasana) seakan kita sedang berdialog dengan telapak kaki kita.

Dalam rangkaian gerak dan meditasi manfaat yoga didapat sehingga tubuh dan hati menjadi lebih tertata. Perubahan itu akan bisa dirasakan oleh setiap orang yang melakukan yoga dengan kadar yang tidak sama. Yoga menumbuhkan rasa peduli dan menghargai terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Ainun Krisnawati

Salah satu peserta yoga bernama Ainun Krisnawati yang tinggal di Jakarta memberikan testimoninya. Ia mulai mengenal yoga sekitar tahun 2017. Waktu itu diajak teman kantor yang sudah aktif yoga. Beberapa rekan sekantor membuat kelas sendiri dengan instruktur senior bernama Gusti Puspa. Hari pertama langsung dicek badan. Ternyata tulang belakangnya agak bengkok ke kanan. Kemungkinan karena kebiasaan posisi duduk dan menulis condong ke kanan. Awal latihan itu rasanya luar biasa. Ngos-ngosan dan agak pusing. Kata instrukturnya itu normal saja. Bahkan ada yang mual. Tapi setelah beberapa kali latihan akhirnya nafas lancar dan nyeri makin berkurang.

Selain yoga biasa, ia juga mengikuti kelas yoga terapi. Setiap peserta mendapat latihan sesuai keluhan tubuh masing-masing. Jelas makin bermanfaatnya yoga buat tubuh. Badan makin sehat, pikiran fokus dan hati tenang.

“Yang sempat membuat shock itu kejadian praktek headstand. Waktu itu nekat dan gak mau ketinggalan dengan teman-teman. Walau kepala pusing karena kurang tidur, tensi drop, dan hasilnya nyaris pingsan. Tepar di sanggar seharian. Sejak itu jika tensi sedang drop, saya tidak mengikuti gerakan yang banyak kepala di bawah. Jadi catatan penting ketika beryoga, kenalilah tubuh kita. Jangan paksakan nanti bisa cedera atau berakibat fatal.” ujar Ainun.

Efek pandemi ternyata membuat kegiatan yoga bersama di sanggar dihentikan, karena risiko penyebaran covid. Kebetulan awal Juni 2020, Ainun dimutasi ke Jakarta. Lalu ia dapat informasi dari teman Kagama bahwa ada kegiatan Kagama Yoga secara virtual setiap hari Minggu pagi. Akhirnya joinlah ia dengan Kagama Yoga dengan para instruktur yang super. Dari sekian banyak peserta ada beberapa yang sudah dikenalnya.

“Salut buat NBBK. Selain yoga virtual tiap hari Minggu juga ada link YouTube nya. Jadi jika ketinggalan tidak bisa ikut, bisa praktek sendiri dengan mengikuti YouTube nya. Bahkan ada 5 serie video khusus praktek dasar yoga. Pokoknya jos gandos. Semoga Kagama Yoga tetap eksis dan bisa adakan kelas offline jika pandemi sudah berakhir. Terima kasih Kagama Yoga.” demikian pungkas Ainun.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*