Komitmen dan Kecintaan Kusuma Prabandari pada Dunia Seni Suara yang Sungguh Luar Biasa

Perempuan berpenampilan lembut & santun itu bernama Kusuma Prabandari, SE.,MM.,CMHA. Nama panggilan akrabnya Rita. Lahir di Yogyakarta, 17 Maret 1964. Ia menempuh pendidikannya di SD Teladan Jl. Ungaran Yogyakarta, SMPN 8 Yogyakarta dan SMAN 5 Yogyakarta. Setamat SMA tahun 1982 ia melanjutkan studinya dengan mengambil kuliah di Fakultas Ekonomi UGM jurusan Manajemen. Ia sebenarnya lebih tertarik masuk ke Fakultas Psikologi, namun karena menurutnya ada kesalahan strategi sehingga akhirnya malah diterima di Fakultas Ekonomi.

Rita ketika masih aktif bersama PSM tahun 1983

Ada alasan yang menarik mengapa Rita kepingin banget masuk UGM, yaitu supaya bisa tergabung dengan UKM Paduan Suara Mahasiswa (PSM). Rupanya semenjak duduk di bangku SMA ia sudah mengetahui reputasi PSM lewat media lokal Yogyakata yang beberapa kali melakukan titian muhibah ke negara-negara ASEAN karena menang dalam kompetisi nasional. Saat itu ia berpikir alangkah kerennya bisa bernyanyi keliling ke luar negeri.

Dunia menyanyi adalah segalanya bagi Rita. Sejak kecil ia sudah sangat menyukai dunia seni suara. Saat umur 5 tahun ia sudah ikut almarhumah ibunya berlatih paduan suara, dengan pelatih Suthasoma, pencipta lagu “Hymne Gadjah Mada”. Dan minat & kesenangan nyanyinya itu diasah & dikembangkannya sampai dewasa. Makanya begitu diterima di UGM ia hanya mau bergabung & beraktifitas dengan PSM saja.

Sudah tak terhitung berapa kali Rita pentas bersama PSM. Dan berbagai prestasi diukirnya di antaranya pernah menjadi juara I lomba paduan suara yang diselenggarakan oleh ITB di Bandung tahun 1985. Juga pernah menjadi juara II Porseni Nasional yang diadakan di Jakarta tahun 1984. Namun ada satu yang akan diingat sepanjang hayatnya yaitu saat ia dipercaya mengkoordinir kostum, wardrobe & make-up seluruh penampil yang berjumlah 300 orang pada pentas kolosal Gitalaksita Jatismara pada tahun 1987 di Istora Senayan Jakarta, di mana waktu presiden Soeharto berkenan menghadiri. Saat itu PSM tidak tampil tunggal namun bersama seluruh Unit Kesenian Gelanggang.

Tahun 1988 Rita menamatkan studi S1-nya. Tahun 1989 ia diterima menjadi dosen di STEKPI Jakarta (sekarang Universitas Trilogi). Untuk mendukung pekerjaanya pada tahuan 1993 ia mengambil S2 di Jurusan Manajamenen Keuangan – Fakultas Pasca Sarjana UI. Sebenarnya ia sangat pingin mengambil Jurusan Managament Strategic / Marketing, tapi saat itu belum ada. Selama 3 tahun ia menempuh studi masternya.

Namun perjalanan hidup & karirnya tidak bisa diduga. Pada tahun 2005 ia mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai dosen di STEKPI, karena tertarik dengan dunia Human Resources Consulting dan juga menganalisa karakter manusia. Makanya ada gelar CMHA di belakang namanya, itu adalah singkatan dari Certified Master Handwriting Analyst. Sebuah gelar yang diperolehnya seusai mengambil kursus singkat ilmu graphology (ilmu yang menganalisa karakter manusia melalui tulisan tangan) di Erika Karohs International School of Handwriting Analysis pada tahun 2007. Kuliah & ujiannya tetap di tanah air secara online, sedangkan pengajar & pengujinya ada di Amerika. Dan saat ini profesi utamanya adalah sebagai professional graphologist, di mana ia menjabat sebagai founder sekaligus owner Dwika Consulting, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang human resources.

Di sela-sela pekerjaan profesionalnya, Rita masih menyempatkan dirinya aktif dalam kegiatan sosial. Ia tercatat sebagai co-founder Sampaghuita Foundation, yaitu yayasan untuk teman-teman tuli. Lalu juga sebagai founder Komunitas Pusaka Saujana yang bergerak di bidang heritage. Dan yang terakhir masih ada hubungan dengan seni suara yang telah menjadi panggilan jiwanya yaitu ia menjadi Ketua Umum Adiswara Gadjah Mada dari tahun 2016 sampai sekarang.

Saat shooting video di Candi Prambanan

Adiswara adalah sebuah komunitas yang kegiatannya mewadahi para alumnus PSM. Sebetulnya semua yang pernah menjadi anggota PSM / alumni PSM secara otomatis adalah anggota Adiswara. Namun demikian dengan berbagai alasan, biasanya kesibukan berkarir, tidak semua bisa aktif. PSM UGM didirikan tahun 1971, kira-kira sampai sekarang sudah menghasilkan alumni sekitar 900-an. Hanya yang terlacak, tercatat, dan aktif (baik sesekali maupun aktif sekali) sekitar 200-250 orang. Tersebar di seluruh Indonesia dan luar negeri.

Adiswara mendukung PSM UGM dalam kompetisi internasional di Rimini, Itali

Secara organisasi, Adiswara memiliki koordinator per wilayah, sehingga komunikasi dan pelacakan anggota bisa lebih efektif. Adiswara tidak membagi kelompok berdasar angkatan, karena pada dasarnya semua alumni sudah melebur dalam wadah besar yang hanya membedakan kelompok suara (SATB) dan wilayah tinggal. Tidak ada sekat-sekat angkatan dan senior junior, meski anggota paling senior adalah pendiri PSM UGM (1971) hingga lulusan 2019.

Adiswara terbentuk berawal dari reuni & kumpul-kumpul teman-teman angkatan 70-an s/d 80-an di Yogyakarta, yang kemudian timbul ide menyatu dalam sebuah wadah & membuat komunitas yang resmi. Saat itu yang hadir antara lain: Kartika Adi, Indro Suseno (Kimpling), Sipri Paramita (Cprita), Krisdiana (Ina), Yani Astuti dll. Lalu singkat cerita pada bulan April 2016 Adiswara terbentuk & secara resmi diakui menjadi Kagama Komunitas, serta menunjuk Rita sebagai Ketua Umum.

Saat pentas Konser Simfoni Layar Perak Indonesia tahun 2017, dihadiri bintang-bintang yang soundtrack filmnya dinyanyikan seperti Rima Melati, Widyawati, Yessy Gusman & Chicha Koeswoyo

Begitu diangkat sebagai ketua, Rita langsung menyusun visi & misi Adiswara. Visinya adalah menjadi komunitas yang terus berkarya dengan melibatkan sebanyak mungkin unsur alumni melalui kegiatan seni (khususnya musik dan nyanyi). Sedangkan misinya yaitu menjadi tempat bersilaturahmi seluruh alumni PSM UGM, tempat bersenang-senang sambil bernyanyi, dan selalu ingat untuk bakti almamater. Diupayakan semua aktifitas Adiswara selalu mengacu pada misi organisasi tersebut.

Rita & Merry Lylyana

Pemilihan Rita sebagai ketua rupanya tidak keliru, terbukti Adiswara semakin berkibar namanya. Merry Lylyana (FE 1988) selaku sahabat dekat Rita yang menjabat Koordinator Bidang Kerjasama Adiswara mengatakan, “Mbak Rita yang sering kita panggil Tata (singkatan dari Tante Rita) adalah pemimpin yang hebat. Penuh dengan ide dan kalau kita kasih sedikit pemantik misalnya sebuah ide kecil, oleh beliau bisa berkembang sedemikian sehingga jadi sesuatu yang luar biasa. Contohnya konser terakhir ‘Ora Iso Mulih’, kita cuma bilang: Tata, ayo bikin virtual choir lagi. Lagu yang lebih ceria, setelah virtual choir ‘Ibu Pertiwi’ rasanya pingin lagi karena seru & keren. Tak dinyana bisa dikembangkan beliau menjadi sebuah konser hebat, melibatkan kolaborasi dengan banyak pihak. Bisa membantu sesama dalam kondisi pandemi saat ini, juga mendukung program pemerintah untuk mengajak masyarakat tidak mudik.”

“Itu sesuatu yang hebat menurut saya. Beliau selalu ingin melakukan sesuatu yang bisa berguna, bagi komunitas maupun masyarakat secara lebih luas. Tata juga sosok pemimpin yang mengayomi. Manyatukan sebuah komunitas dengan rentang usia 20-an sampai 70-an dan bisa berkarya bersama menurut saya itu sungguh luar biasa. Komitmen dan kecintaannya pada Adiswara sungguh luar biasa. Visi yang kita canangkan diwujudkan satu persatu. Kita ingin Adiswara semakin punya karya, migunani, dikenal, dan juga bisa berkolaborasi dengan komunitas Kagama lainnya.” demikian Merry menambahkan.

Konser Nawagita di Yogyakarta tahun 2016 menandai berdirinya Adiswara Gadjah Mada sebagai sebuah komunitas alumni PSM

Dalam perkembangannya dari tahun 2016 sampai sekarang Adiswara berusaha untuk selalu mempunyai karya yang layak ditonton atau dipubikasikan secara umum, sebagai bentuk eksistensi para alumni:

  • 2016 : Reuni sekaligus Pentas Konser NAWAGITA : Dongeng Tentang Negeri, di Yogyakarta
  • 2017 : Reuni dan Konser Simfoni Layar Perak Indonesia (SLPI) di Teater Nusa Indah Balai Kartini Jakarta
  • 2018 : Mendapat tugas dari PP Kagama sebagai Presidium HIMPUNI 2018-2019, sebagai pelaksana Festival Folklor Nusantara, yaitu Kompetisi Paduan Suara Mahasiswa Perguruan Tinggi se-Indonesia Piala Presiden RI dan sekaligus Pentas Choral Friendship 500 mahasiswa se Indonesia, di Jakarta
  • 2019 : memproduksi 2 video
  • 2020 : dalam setengah tahun berjalan ini, separonya (3 bulan) berkolaborasi dengan Kagama Beksan memproduksi Virtual Choir “Ibu Pertiwi” dan Konser Virtual “Ora iso Mulih”, yang sangat fenomenal.
Adiswara mendapat tugas sebagai penyelenggara Festival Folklor Nusantara 2018, Kompetisi PSM Piala Presiden

Semua karya dan produk pementasan Adiswara Gadjah Mada, terdokumentasi dengan baik di kanal Youtube dan Instagram. Dimana semakin hari jumlah viewer & subscribernya semakin meningkat pesat. Setiap produk video selalu dibuat dengan tema berbeda, kemasan unik, pesan morfal khusus, dan bekerjasama dengan perusahaan sponsor, serta lokasi pengambilan gambar di seluruh Indonesia melalui perwakilan-perwakilan anggota di masing-masing wilayah. Yang membanggakan adalah dalam pembuatan video-videonya Adiswara banyak melibatkan tokoh-tokoh nasional Kagama untuk berkolaborasi seperti Menhub Budi Karya Sumadi, Gubernur BI Perry Warjiyo dan Ketua Umum PP Kagama Ganjar Pranowo, dll.

Adiswara pentas pada acara Temu Kangen Kagama DKI tahun 2019

Sebagai komunitas alumni PSM UGM, Adiswara Gadjah Mada tetap ingin selalu menjadi wadah berkumpul bagi para alumninya dengan terus menjaga rasa bahagia dengan bernyanyi bersama, sekaligus bakti almamater. Secara periodik Adiswara mengisi acara Temu Kangen Kagama DKI dan ‘Alumni Dinner’ pada Dies Natalis di Balairung. Adiswara ingin menjadi komunitas yang terus berkarya dalam bentuk yang makin baik dan melibatkan sebanyak mungkin anggota serta bisa bekerjasama dengan komunitas-komunitas lainnya. Tentu saja selalu memberi manfaat / bakti pada almamater dalam beragam bentuknya.

Saat Munas Kagama XIII di Bali 15 November 2019

Rencana yang sedang disusun adalah mengadakan Konser 5 Dekade PSM UGM & Reuni Akbar seluruh angkatan PSM UGM pada tahun 2021. Adiswara sedang menuju ke sana, ibarat apa yang telah disajikan beberapa waktu yang lalu & saat ini adalah appetizer menuju main course konser tersebut.

Berfoto bersama saat shooting video dengan Adiswara Bali

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*