Kagama Balikpapan Weekend Sharing #6: Mengamankan Akun & Gadget Pribadi dari Tindak Kriminal Peretasan

Oleh: Arif Budi Haryanto

Karena terlalu meremehkan, merasa sudah berhati-hati, akhirnya Drs. Bagus S. Saleh yang juga ketua Pengcab Kagama Balikpapan mengalami peretasan. Sembari memberikan sambutan sebagai tuan rumah webinar, Bagus bercerita awal mula sampai bisa diretas. Bermula dari permintaan pertemanan di akun Facebook, dan diakui bahawa orang yang meminta pertemanan tersebut merupakan orang yang familiar dan cukup  terkenal. Begitu Bagus menyetujui, teman tadi mengirim pesan minta nomor WA dan mengirim 6 angka pertemanan via SMS, dan minta untuk diterima. Karena tengah malam, sambil mempersiapkan acara webinar ke-5 Kagama Balikpapan serta melayani pekerja di kantor untuk  karantina dan PCR test yang akan ke lokasi, konsentasi berkurang, sehingga permintaan diterima dan saat itu juga nomor WA sudah berpindah tangan.

Akibatnya seperti yang sudah di duga, akun WA tersebut meminta transfer sejumlah uang ke nomor kontak dan ada yang sudah transfer. Bagus menyarankan, ke depannya kalo ada permintaan pertemanan, dibiarkan dulu beberapa saat, sampai teman tersebut menghubungi untuk konfirmasi supaya diterima.

“Jangan pernah memberikan 6 angka kepada siapapun, dan semoga tidak ada yang mengalami lagi kejadian seperti ini.” kata Bagus mengakhiri.

Dr. AAGN Ari Dwipayana, SIP, M.SI

Pembicara kedua sekaligus sebagai keynote speaker adalah Dr. AAGN Ari Dwipayana, SIP, M.SI yang juga merupakan Sekretaris Jendral Pengurus Pusat Kagama. Ari yang menghabiskan semua masa kuliahnya di UGM, dari S1 Ilmu Pemerintahan tahun 1995, S2 Ilmu Politik tahun 2003 dan S3 Program Doktor Ilmu Politik tahun 2013, menuturkan bahwa dia sangat senang bisa bergabung dengan teman-teman Kagama Balikpapan karena acara webinarnya kreatif dan keren. Tema yang diangkat juga aktual, ringan dan berkelas. Ari mengisahkan bahwa tahun 2010 pernah menjadi korban peretasan juga di akun facebook sewaktu masih aktif menjadi dosen di UGM. Dan setelah diretas, akun tersebut menawari pembelian HP dengan sebelumnya transfer. Ari mencatat total ada 11 korban temannya yang tertipu dengan modus tersebut.

Ari yang sehari-hari juga menjabat sebagai Koordinator Staf Khusus Presiden RI mengamati bahwa perkembangan teknologi memunculkan kreativitas dan inovasi berupa peluang seperti munculnya ekonomi digital seperti fintech atau e-commerce. Ari menambahkan karena ada kemajuan teknologi, ada beberapa hal yang baru, seperti Internet of Things (IoT)  menjadi trend baru dan membangun satu hal yg disebut Games Changes, membuat satu peta permainan atau persaingan yang berubah, baik di bidang ekonomi maupun politik. Selain itu ada jenis kekayaan baru yaitu data, ibarat sebagai potensi untuk kekuatan, sekarang ini lagi marak jual beli data, dimana data pribadi diperjualbelikan untuk kepentingan apapun.

Ada dua hal yang harus kita lakukan untuk mengamankan data pribadi, yaitu literasi digital yang harus dilakukakan, yang mana jangan terlalu mudah memberikan data pribadi dan yang kedua harus ada garansi dari pihak yang mengumpulkan data pribadi kita. Rencana akan dibuatkan regulasi yang lebih kuat dalam bentuk Undang Undang Perlindungan Data Pribadi yang sedang disiapkan dalam RUU oleh Kementrian Kominfo sehingga ada proteksi dalam hak-hak kepemilikan data dan menjamin supaya data yang disampaikan tidak disalahgunakan, ujar Ari.

Drs. Drajat Wibawa, M.SI

Pembicara selanjutnya adalah Drs. Drajat Wibawa, M.SI yang juga alumnus Psikologi tahun 1985. Drajat yang juga pengurus pusat Kagama menceritakan pengalamannya kalau display picturenya pernah dipakai untuk menawarkan mobil murah kepada teman-temannya, walau dengan nomor WA yang berbeda. Untuk mengantisipasi, Drajat buru-buru melakukan migrasi nomor WA dan mengumumkan kepada teman-temannya bahwa beliau menjadi korban hacking, sehingga tidak ada korban.

Wisnu Hera, S.TP, M.Eng

Nara sumber berikutnya dari akademisi adalah Wisnu Hera, S.TP, M.Eng, yang merupakan alumnus Teknik Pertanian dan Magister Teknologi Informasi UGM. Wisnu yang juga menjabat Dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mulia Balikpapan mengatakan bahwa di era sekarang, ancaman keamanan pasti ada, tinggal bagaimana masing-masing pengguna berusaha mengamankan perangkat, jalur data, dan informasi pribadi masing-masing. Wisnu dalam paparannya mengangkat tema “Mengamankan Perangkat: Prediksi, Anomali dan Identifikasi”.

Wisnu menjabarkan ada beberapa yang bisa dilakukan untuk mengamankan perangkat kita, yaitu mengunci perangkat (device) kita, dengan biometric seperti face recognition dan fingerprint, ataupun non biometric seperti password, PIN dan pattern. Jangan sekali-kali menggunakan PIN yang mudah dikenali, seperti tanggal lahir ataupun password yang sama untuk semua akun, baik email, facebook maupun instagram, yang bisa menjadi celah untuk masuknya hacker. Yang kedua bagaimana kesadaran kita untuk menggunakan akun kita di tempat publik, karena cepat atau lambat yang gratis akan menyebabkan harga tertentu, seperti data pribadi bocor, akun diretas, dan sebagainya.  Agar lebih aman Wisnu menyarankan untuk meminimalkan mengunjungi layanan yang membutuhkan login, stay on https, jangan bertransaksi finansial, dan menggunakan VPN.

Yang ketiga adalah warning dan anomaly, perhatikan kalo email ada masuk notifikasi, artinya penyedia layanan itu mengamankan akun kita dengan benar. Yang keempat untuk app permission, jangan selalu next atau allow saja. Kelima adalah filtering, yaitu ketika kita mengakses sebuah website, tidak semua website baik, ada satu mekanisme yang namanya cookies atau browser fingerprinting, jadi bagaimana mereka meng capture aktivitas kita untuk memberikan layanan yang lebih baik. Keenam adalah beware of social engineering dan terakhir adalah device locator, kalo misalnya akhirnya kehilangan, maka dipastikan bahwa data itu lebih berharga daripada perangkat, karena lebih berbahaya kehilangan data, Wisnu mengakhiri paparannya.

Nara sumber terakhir dari kepolisian adalah Kanit 1 Subdit 5 Siber Krimsus Polda Kaltim AKB Syakir Ahmad, SH. Syakir mengatakan yang paing sering ditemukan dalam kasus peretasan secara umum di dunia maya adalah eavesdropping dan phising. Eavesdropping adalah upaya peretasan dengan menanam virus di gadget yang dapat memata-matai kita lewat mic, keyboard dan kamera untuk mencuri data kita. Sedangkan phising adalah satu pihak menyamar menjadi perwakilan seseorang atau badan terpercaya, lalu menawarkan hadiah atau bantuan hingga membuat website tiruan. Tujuannya tetap sama, yaitu mengambil data para korban dan menggunakannya untuk kepentingan peretasan.  Sehingga ancaman dan potensi kerugian bisa berupa kehilangan financial, resources hilang, identitas hilang, kehilangan kepercayaan, data hilang dan penyalahgunaan.

Syakir memberikan 4 (empat) tips selaku pihak yang selalu menangani perkara peretasan yaitu pertama jangan pernah terima telepon dari yang tidak dikenal atau dalam kontak, kedua service HP atau laptop di tempat yang dipercaya, ketiga selalu mengklarifikasi dengan cek nama, no HP dan no rekening yang dituju dan yang keempat jangan pernah memberikan kode PIN, OTP, password kepada siapapun baik orang yang dikanal apalagi tidak dikenal.

Moderator webinar kali ini adalah Miftachul Umam, ST seorang Account Manager di PT Telkom Balikpapan. Umam yang merupakan alumnus Teknik Industri UGM tahun 2010 mampu berinteraksi dengan nara sumber dan memberikan narasi yang sesuai, karena sehari-hari memang berkecimpung di dunia internet sehingga sangat familiar dengan topik yang diangkat.  Peserta webinar kali ini juga sangat banyak hampir sekitar 250 peserta, sehingga waktu terasa kurang walaupun sudah dialokasikan 2,5 jam untuk acara ini.

Bagi rekan-rekan yang belum sempat mengikuti acara webinar ini, dapat mengikuti siaran ulangnya di channel youtube Kagama dengan link : https://www.youtube.com/watch?v=DTxich-JcG8

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*