Kagama Balikpapan Gelar Ecoprint Academy sebagai Bentuk Pengabdian bagi Masyarakat

Oleh: Arif Budi Haryanto

Kekayaan flora Indonesia, khususnya Kalimantan Timur merupakan potensi luar biasa yang bisa dimanfaatkan untuk menegaskan jatidiri budaya sekaligus kesejahteraan masyarakatnya. Sudah banyak ditemui ekspolarasi kekayaan tersebut dituangkan melalui karya seni mode melalui corak dan batik. Saat ini dunia mode sedang berkembang melalui material dan style yang “back to nature”. Ecoprint adalah metode ekplorasi motif dan material tanaman yang dipindahkan menjadi karya mode. Produk ini semakin diminati dan mempunyai nilai tambah ekonomi yang tinggi karena sentuhan pembuatan tradisional dan unik. Tradisional karena masih diproduksi dengan tangan pada skala industri rumahan dan unik karena dengan metode tersebut masing-masing produk berbeda.

Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) Balikpapan menyadari potensi tersebut yang juga selaras dengan misi yang diemban untuk berkontribusi pada pemberdayaan masyarakat Indonesia. Kebetulan beberapa anggota KAGAMA Balipapan adalah pelaku industri ecoprint mulai dari produksi hingga menjadi bisnis yang sukses.

Maka sebagai salah satu bentuk peran serta pengabdian kepada masyarakat, selama 2 (dua) hari penuh Kamis (10/03/2022) dan Jum’at (11/03/2022) Pengurus Cabang KAGAMA Balikpapan bersama mitranya Kagama Indobizz dan Woody Park Borneo menyelenggarakan pelatihan bertajuk “Ecoprint Academy”. Pelatihan tersebut didesain dengan peserta terbatas masyarakat beberapa desa yang selama ini menjadi binaan KAGAMA. Dari Kabupaten Kutai Kartanegara ada Desa Karya Jaya dan Tani Bakti, Sementara dari Balikpapan ada Kelurahan Sumberejo, Hutan Lindung Sungai Wain dan Kebun Raya Balikpapan. Instruktur praktisi bisnis ecoprint yang dihadirkan berasal dari beberapa kota yaitu Retno Setyaningsih (Sekolah Vokasi Ekonomi UGM) dari Magelang, Wiwik S. Suhartati (Arsitektur UGM) dari Yogyakarta, dan Anwarini (Fisipol UGM) dari Jakarta.

Ketua Penyelengara dari KAGAMA Balikpapan, Rizal Chaniago yang akrab disapa Ical, menyatakan apresiasinya kepada pihak-pihak yang mendukung terlaksananya kegiatan, penyedia fasilitas pelatihan Woody Park Borneo dan Komunitas UMKM Kagama Indobizz.

“Acara ini merupakan kesempatan bagus bagi para peserta untuk praktek langsung bersama pelaku usaha ecoprint yang sukses, juga kesempatan untuk berbagi ilmu mulai dari produksi hingga pemasaran produknya,” ucap Ical.

Salah satu instruktur Retno Setyaningsih mengaku meski lelah dua hari penuh berbagi ilmu dan pengalaman, namun puas melihat antusias peserta dan aktif mempraktekkan langsung. “Mengetahui teori itu memang penting, namun ketika sudah paham dan mempraktekkan maka lupakan saja semua istilah-istilahnya, kerjakan saja. Proses produksi ecoprint yang benar dan memiliki kualitas tinggi tidak mudah luntur (kusam) diperlukan kesabaran karena bisa memakan waktu selama 2 (dua) minggu. Namun nilai tambah ekonomi yang dihasilkan juga cukup memadai. Melalui ecoprint kita biisa menyulap selembar kain serat natural (katun, mori, sutra, dll) dari seharga modal puluhan ribu, menjadi produk bernilai 400-600 ribu rupiah, ” demikian ujar wanita yang sukses dengan usahanya “Among Godhong Ecoprint” tersebut.

Selama pelatihan peserta dibimbing langsung langkah-langkah produksi mulai dari pemilihan material kain, jenis daun dan jenis pewarna alami tekstil. Tahapan tersebut meliputi scouring (mencuci), mordanting (menyiapkan tekstur), mordant-in (menyiapkan pewarna alami), treatment daun, menata daun, menggulung kain, mengukus, oksidasi dan fiksasi. Setelah semua proses tersebut, baru produk ecoprint dapat dikirimkan kepada pemesan dan diproduksi menjadi berbagai barang seperti busana, tas, gordyn, bed cover dll.