Genduli (Gelanggang Peduli Petani), dari Gerakan Sosial Menjadi Social Commerce

GENDULI (Gelanggang Peduli Petani) adalah sebuah gerakan sosial yang dimotori oleh kawan-kawan Gelanggang Mahasiswa UGM, dengan Iqbal Tuwasikal (Fak. Kehutanan ’97) sebagai koordinatornya. Gerakan tersebut bertujuan membantu para petani sayur yang kesulitan menjual sayuran hasil panen mereka selama masa pandemi Covid-19, khususnya petani di lereng Merapi – Merbabu. Kesulitan tersebut terjadi karena banyaknya warung, restoran dan hotel yang tutup selama pandemi Covid-19. Padahal, selama ini jenis usaha tersebut yang menjadi pembeli rutin berbagai produk sayur-sayuran. Karena permintaan yang menurun, dan petani tetap menghasilkan sayuran maka yang terjadi adalah over supply atau kelebihan pasokan akibat tidak terserap pasar.

Iqbal Tuwasikal koordinator GENDULI

Iqbal menjelaskan gerakan Genduli berawal dari perkenalannya dengan Petani Merapi Merbabu yang kebanyakan adalah anggota Komunitas Lereng Merapi (KLM). Yang memperkenalkan adalah Capung Indrawan, seorang aktifis gelanggang senior. Para petani sayur tersebut ‘curhat’ kalau sedang mengalami kesulitan menjual hasil panen mereka di masa pandemi Covid-19. Sayurnya tidak laku, kalaupun laku harganya sangat rendah.

Iqbal Tuwasikal bersama Capung Indrawan sedang meninjau lahan petani sayur di wilayah Selo

Melihat kondisi memprihatinkan tersebut, Iqbal dan sejumlah kawan-kawan gelanggang tergerak merintis sesuatu untuk membantu sebisa mungkin, yang akhirnya terwujud dalam gerakan bernama Genduli. ”Tujuan yang ingin kami capai adalah bagaimana menggerakkan roda ekonomi para petani sayur di masa pandemi ini.” ujar Iqbal.

Maka pada awal bulan puasa, tepatnya tanggal 7 Mei 2020 Genduli melakukan aksi pertamanya, dengan didukung oleh Kagama Gelanggang. Caranya Genduli menawarkan penjualan sayur lewat Whatsapp dan media sosial seperti Instagram (https://www.instagram.com/genduli.id/) serta Facebook. Setelah pesanan masuk, Genduli akan membeli sayuran segar langsung dari para petani di lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Dalam kegiatan ini Genduli bergandengan tangan dengan Petani Merapi Merbabu dan Komunitas Lereng Merapi (KLM).

Pengemasan sayur di sekretariat Genduli

Dari Boyolali, sayur-sayuran tersebut dibawa ke Yogyakarta dan didrop di sekretariat Genduli di Pogung Baru blok C21 untuk kemudian dikirimkan kepada para pemesan. Sebelum dikirim ke alamat yang diberikan pemesan, sayur-sayuran tersebut dikemas terlebih dulu. Beberapa jenis sayuran dikemas menjadi satu paket karena sebagian besar sayur-sayuran tersebut memang dijual dalam bentuk paket, bukan dengan ukuran berat seperti di pasar tradisional atau supermarket.

Seusai pengemasan dilakukan, paket sayuran dikirimkan kepada pemesan melalui jasa kurir atau ojek online. Sebagian besar pembeli sayuran Genduli berasal dari Yogyakarta dan sekitarnya karena sayuran akan layu jika dikirim ke luar kota yang jaraknya jauh. Iqbal memaparkan, hingga saat ini, Genduli telah membuka beberapa kali pemesanan terbuka (open order). Tiap kali membuka pemesanan, Genduli akan menentukan batas waktu pemesanan serta menawarkan paket sayuran dengan harga tertentu.

Beragam jenis sayuran yang ditawarkan Genduli

Menurut Iqbal, Genduli menjual sayuran dalam bentuk paket agar makin banyak ragam komoditas sayuran yang terjual. Sebab, hal itu akan menguntungkan banyak petani. Kalau tidak dijual paket, dikhawatirkan yang laku hanya sayuran-sayuran tertentu yang favorit saja.

Iqbal menambahkan, selain membantu penjualan sayuran, aktivitas Genduli juga memberi keuntungan lain bagi para petani. Sebab, Genduli membeli sayuran dengan harga di atas harga tengkulak. Meski begitu, harga sayur-mayur yang dijual Genduli juga masih dalam batas wajar. Di sisi lain, saat melakukan transaksi dengan Genduli, petani juga mendapat kepastian harga sejak awal. Hal ini berbeda dengan harga beli sayuran oleh tengkulak yang sering berubah-ubah dengan dalih menyesuaikan harga pasar.

Rata-rata pemesan tidak pernah mempersoalkan harga sayuran yang mereka beli. Para pembeli itu rela mengeluarkan uang lebih karena mereka tahu bahwa Genduli merupakan gerakan solidaritas, bukan sekedar jualan. Sebagian keuntungan juga akan dipakai buat donasi seperti pengadaan APD untuk tenaga kesehatan.

Yang menarik, kata Iqbal ada juga pembeli dari luar kota yang membeli sayur dari Genduli, lalu meminta sayur tersebut dikirimkan ke alamat pengiriman tertentu. Jadi pembeli tidak menginginkan sayur untuk dirinya sendiri namun disumbangkan ke dapur umum atau orang lain yang membutuhkan.

Ke depannnya teman-teman yang terlibat di Genduli mempunyai rencana brilian. Jadi Genduli bukan hanya menolong petani sayur di kala pandemi saja, namun akan berkelanjutan menjadi sebuah social commerce. Di mana kita tahu social commerce adalah bagian dari e-commerce yang melibatkan penggunaan media sosial yang mendukung interaksi sosial dan kontribusi pengguna dalam membantu proses pembelian barang atau jasa secara online.

Genduli ingin apa yang sudah dilakukan selama ini bisa menjadi pilot project. Jika sudah settled memang ada rencana untuk diduplikasi di seluruh Indonesia melalui jaringan Kagama. Untuk menuju ke sana, saat ini Iqbal aktif melakukan diskusi & mentoring dengan Agni Pratama (Fisipol) selaku Koordinator Departemen Fasilitasi Pengembangan Kewirausahaan Sosial Alumni di bawah Bidang III PP Kagama.

Tidak tertutup kemungkinan Genduli akan dijadikan start up agrotech. Untuk saat ini Genduli sedang menyiapkan bussines model, growth strategy dan brief investment untuk mendapatkan seed investment dari angel investor ataupun venture capital.

Seed investment ini menurut Iqbal akan dipergunakan untuk pembuatan aplikasi mobile dan penyiapan infrastruktur supply chain yang lebih baik.

2 Comments

  1. Salut… Membacanya saja hati ikut bergetar dan ikut bangga dgn gerakan sosial mantan aktifis Gelanggang UGM. Semoga start up agritech ini segera terwujud dan bisa membantu petani se Indonesia melalui karya bhakti alumni Kagama.

  2. Ruarr biasa semangat- semangat, mudah2an terwujud n dpt membantu petani berkelanjutan, konsumen sangat terbuka lebar melalui jaringan kagama…perlu di infokan kpd pengurus korwil kagama se Indonesia

Komentar ditutup.