Dapur Nyawiji Ajang Berbagi Rezeki, Menebarkan Kebaikan dan sebagai Talang Kasih Sayang

Ndalem Mangunsudiran yang terletak di Bangirejo, Karangwaru, Kec. Tegalrejo, Yogyakarta sejatinya adalah guest house yang tidak pernah sepi dari tamu, terutama di saat liburan. Tempat ini sudah sejak lama dipakai sebagai salah satu pusat aktivitas Kagama Care, sejak gempa Lombok hingga saat masa pandemi sebagai tempat pembuatan hand sanitizer dan pendistribusian APD ke seluruh Indonesia. Ndalem Mangunsudiran juga seringkali dipakai teman-teman Kagama Komunitas untuk melakukan kegiatannya semisal membatik atau acara masak memasak.

Ekan NS bersama teman-teman aktivis Kagama Care di Ndalem Mangunsudiran saat memproduksi hand sanitizer

Namun ketika pandemi Covid-19 datang menghantam segala segi kehidupan, dan protokol kesehatan diberlakukan sangat ketat, maka mau tidak mau Mangunsudiran memutuskan untuk sementara waktu tidak menerima tamu. Tentu saja hal tersebut merupakan sebuah kerugian jika dilihat dari segi bisnis. Namun, Ekan NS (Fakultas Psikologi 1997) selaku pengelola Mangunsudiran tetap tenang dan tidak panik. Ia memiliki prinsip “jika 1 pintu rezeki tertutup maka terbukalah pintu yang lain”. Lagipula bukan hanya ia dan keluarganya yang terdampak pandemi. Tak terhitung teman-temannya yang juga terimbas bahkan banyak yang jauh lebih parah, seperti kehilangan pekerjaan atau mata pencahariannya.

Beberapa teman Kagama yang terdampak pandemi kemudian berbisnis kuliner, satu persatu menitipkan dagangannya di Mangunsudiran. Memang jauh sebelum pandemi melanda, Mangunsudiran sudah merupakan tempat titip jual berbagai barang dagangan, seperti kopi, kain, kaos, batik, lurik, dll. Jadi sudah banyak yang tahu kalau Mangunsudiran bisa membantu menjualkan produk, dengan network yang sudah terbentuk sejak lama.

Bermacam jajan pasar yang dititipkan di Dapur Nyawiji

Lama kelamaan semakin banyak yang memanfaatkan Mangunsudiran sebagai semacam agen penjualan produk mereka. Dengan semakin banyaknya item barang yang dititipkan, memunculkan ide mengapa tidak dikelola secara lebih serius karena melihat potensinya begitu besar? Beberapa gagasan yang dulu masih berkutat sebatas wacana, tampaknya justru bisa segera direalisasikan dalam masa pandemi ini.

Dengan berbekal prinsip “jika 1 pintu rezeki tertutup maka terbukalah pintu yang lain”, maka pada bulan Juni 2020 lahirlah Dapur Nyawiji, yaitu sebuah wadah yang menyatukan sekian banyak ‘dapur kehidupan’ menjadi satu. Dapur Nyawiji menjadi tempat one stop shoping dengan konsep seperti market place namun tanpa aplikasi. Jadi seseorang bisa minta bantuan kepada Dapur Nyawiji untuk dijualkan barangnya baik lewat titip jual atau memakai skema dropship. Dapur Nyawiji mendapatkan fee yang bervariasi, berdasar kesepakatan yang telah ditentukan bersama. Bahkan terkadang bisa jadi Dapur Nyawiji tidak mendapat profit secara materi, karena disepakati bahwa hasil penjualan akan dipakai untuk donasi.

Aneka kuliner khas Yogya yang biasanya dijual lewat skema dropship

Para pemilik barang atau supplier bukan hanya dapat menitipkan barang, namun juga secara vice versa atau timbal baliknya bisa ikut menjualkan barang selain miliknya yang berada di Dapur Nyawiji, dan mendapatkan fee untuk jasanya itu. Hal itu tentu saja berakibat keuntungan yang diperoleh Dapur Nyawiji akan semakin kecil, namun tidak menjadi masalah karena tujuan utama dari Dapur Nyawiji justru tentang pentingnya ajang berbagi rezeki dan silaturahmi, bukan hanya keuntungan secara materi belaka.

Seiring perjalanan waktu semakin banyak supplier yang menjadi rekanan Dapur Nyawiji. Ekan menyebut saat ini tercatat ada 35 lebih supplier, mayoritas dari rekan-rekan Kagama. Bukan hanya berasal dari kota Yogya saja namun juga ada yang dari luar kota seperti Solo, Muntilan, Magelang, dan Wonosobo. Barang yang dititipkan di Dapur Nyawiji atau dijualkan lewat skema dropship juga semakin beragam itemnya seperti aneka jajan pasar, beragam camilan, kuliner khas Yogya, bermacam minuman dalam kemasan botol, dll.

Minuman kopi susu merk “Kalegan” produksi Ndalem Mangunsudiran

Untuk barang yang tahan lama, Dapur Nyawiji berani menyediakan stock seperti camilan dan minuman dalam kemasan termasuk kopi susu bikinan Ndalem Mangunsudiran dengan brand “Kalegan”. Sedang untuk yang tidak tahan lama, seperti jajanan pasar biasanya membuka open pre-order terlebih dulu, di mana supplier bisa dipesan sewaktu-waktu.

Berbagai jenis camilan yang ditawarkan Dapur Nyawiji

Ada satu lagi jasa yang dilakukan oleh Dapur Nyawiji yaitu membuka jasa membantu membelikan sesuatu atau yang lebih dikenal dengan istilah jastip. Ide tersebut muncul belakangan setelah banyak teman yang rindu kampung halaman. Selama masa pandemi tidak bisa balik ke kampung halamannya menengok orang tua dan sanak keluarganya. Biasanya mereka silaturahmi sembari membawa oleh-oleh. Karena tidak bisa bertemu maka cukuplah terkirim buah tangan buat mereka yang terkasih. Tapi apabila order sendiri satu-satu untuk beberapa item pastilah sangat repot dan biaya kirim bisa menjadi mahal. Di sinilah peran Dapur Nyawiji sebagai one stop shoping membantu mengkoordinir pemesanan sekaligus pengiriman ke alamat sesuai yang diinginkan pemesan. Barang tidak harus yang ada di Dapur Nyawiji, tapi bisa produk-produk kuliner merk terkenal.

Hal lain yang menarik adalah ada juga yang meminta bantuan dibelikan makanan untuk kemudian dibagi-bagi kepada mereka yang membutuhkan, semisal ke panti asuhan atau panti jompo. Ekan menyebut bantuan yang diberikan sebagai talang kasih sayang, yaitu Dapur Nyawiji ikut menjadi saluran cinta kasih yang ditebarkan mereka yang ingin berbagi.

Desain kemasan yang diproduksi sendiri oleh Dapur Nyawiji

Dari jasa yang terakhir tersebut kemudian melahirkan ide perbaikan kemasan. Awalnya saat pembeli membeli untuk dirinya sendiri, kemasan hanya memakai kardus bekas. Ketika dikirimkan kepada orang lain maka untuk menghormati penerima dibuatlah kemasan yang elegan, berupa paket cantik ramah lingkungan. Akibat positifnya, Dapur Nyawiji bisa bagi-bagi rejeki juga kepada pengusaha kardus, tas kertas, besek, dll. Lalu untuk memberikan sentuhan yang semakin elegan, Dapur Nyawiji juga mendesain dan memproduksi kemasan sendiri yang kebetulan sesuai dengan bidang dan usaha yang sedang dijalani oleh Dimas Rossyantoko (Fisipol 2001), yang tak lain adalah adik kandung Ekan.

Untuk urusan pengiriman paket ke luar kota, saat ini jasa kurir Paxel sangat membantu, khususnya untuk barang yang harus secepatnya sampai. Namun untuk daerah yang belum terjangkau Paxel, barulah memakai jasa kurir lainnya. Sedangkan untuk pengiriman dalam kota selain memakai jasa ojol, untuk sekali pengiriman ke banyak alamat, Dapur Nyawiji menyiasatinya dengan mengkaryakan anak-anak muda lingkungan sekitar yang rata-rata tidak punya pekerjaan tetap. Ada win-win solution yang tercipta, Dapur Nyawiji bisa menghemat biaya kirim bagi konsumen dan menjadi saluran rezeki bagi para kurir dadakan tersebut.

Seperti sudah disinggung sebelumnya, Dapur Nyawiji hadir bukan sekedar mengejar keuntungan materi semata. Namun ada sisi-sisi humanisme yang lebih diutamakan, yaitu menjalin silaturahmi, berbagi kasih, berbagi rezeki, membantu beli dan menjadi talang kasih sayang. Bahkan sebagian dari keuntungannya disisihkan untuk mereka yang membutuhkan.

Turun ke jalan membagikan nasi berkat atau snack berat kepada mereka yang membutuhkan

Awalnya Ekan lewat Dapur Nyawiji membuat gerakan yang diberi nama Jumat Berkah, yaitu pada setiap hari Jumat membagikan nasi berkat atau snack berat kepada tetangga sekitar atau warga slum area yang membutuhkan. Selain itu disebarkan di titik tertentu seperti depan Hotel Pop, Yap Sagan, serta turun ke jalanan untuk dibagikan kepada tukang becak, tukang sampah, pemulung, buruh gendong, dll. Juga tidak lupa berbagi kasih kepada teman-teman yang sedang diharuskan karantina atau isolasi mandiri karena terpapar Covid-19. Secara periodik Ekan juga menyambangi Yayasan Hamba, sebuah rumah perlindungan bagi anak terlantar dan termarginalkan di Jl. Kaliurang Km. 17, untuk sekedar berbagi rezeki.

Dapur Nyawiji berbagi rezeki & kasih ke Yayasan Hamba

Dari kegiatan Jumat Berkah lama-lama banyak yang tertarik bergabung ingin berbagi rezeki juga, sehingga akhirnya tidak terpaku harus hari Jumat saja mengadakan kegiatan berbagi kasih sayang. Namun hari apa saja mengikuti permintaan pemesan, biasanya dibarengkan dengan weton atau hari kelahirannya. Tentu saja Ekan sangat bersyukur bahwa hal kecil yang dilakukannya mendapat dukungan positif dari teman-temannya. Hal itu yang menyebabkan energi Ekan semakin menyala-nyala untuk terus menabur kebaikan lewat Dapur Nyawiji.

“Berbagilah layaknya matahari, yang energinya tak pernah habis menyinari semesta. Bukan menjadi lilin, yang habis meleleh ketika menyinari sekitar.” demikian pesan Ekan mengakhiri percakapan.

3 Comments

  1. Luar biasa ide & kiprah mb Eka yg solutif & inspiratif. Smg lahir mb Ekan-mb Ekan baru hingga banyak masalah sosial & ekonomi masy marginal yg terbantu…aamiin…

  2. Luar biasa dan sangat inspiratif. Saya percaya,niat itu punya sinyal. Niat baik dan diketemukan dengan niat baik,niat buruk akan diketemukan dengan niat buruk, melintasi batas ruang dan waktu.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*