AETH Wahyuni Profesor Penggiat Cinta Kebaya

Nama lengkapnya Prof. Dr. drh. Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni, M.Si, biasa disapa bu Yuni. Tapi karena namanya sering disingkat AETH Wahyuni akhirnya banyak juga yang memanggil bu AETH. Terlahir di Karanganyar, Surakarta, tanggal 15 Agustus 1962, ia menempuh pendidikannya dari SD sampai SMA di tanah kelahirannya Karanganyar. Sebenarnya saat lulus SMP ibunya mengharap Prof. Yuni masuk ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG) agar kelak bisa jadi guru, namun Prof. Yuni menolak karena pingin melanjutkan ke universitas. Maka bersekolahlah ia di SMA Negeri 1 Karanganyar. Menyelesaikan pendidilan SMA, maka tahun 1982 ia melanjutkan studinya di Fakultas Kedokteran Hewan UGM.

Saat kuliah ada 2 hoby utamanya yaitu mendaki gunung dan camping serta melakukan bakti sosial. Ia dulu bergabung dengan kelompok pecinta alam yang berada di lingkungan FKH UGM yaitu NOVTA GIRI. Bersama  teman-teman Novta Giri ia sering kali mendaki gunung & camping. Kemudian ia beberapa kali mengadakan acara bakti sosial baik bersama dengan Novta Giri atau komumitas lain, semisal ngedrop air ke wilayah Gunung Kidul yang sedang kekeringan. Semua kegiatan luar kampus itu ia jalani dengan senang hati karena rasanya bahagia hidup bisa bermanfaat buat orang lain yang membutuhkan terutama saat pengabdian.

Meski aktif di kegiatan non akademis namun rupanya tidak mengganggu studinya. Terbukti 4 tahun ia sanggup meriah gelar S1-nya pada tahun 1986, kemudian langsung lanjut mengambil Profesi selama kurang lebih 2 tahun dan April 1988 resmilah ia menjadi dokter hewan. Meski takdir mengantarkannya kelak menjadi staf pengajar di FKH UGM namun saat ditawari menjadi dosen oleh salah seoang dosen senior,  Prof. Yuni masih mikir-mikir dulu. Karena ia sadar bahwa harus bisa mandiri sementara saat itu belum ada gaji honorer dan kurang percaya diri kalau bicara di depan umum, sehingga tidak ada bayangan sama sekali menjadi dosen. Maka begitu lulus ia ikut praktek dokter hewan di Solo dan mengajar di Akademi Peternakan Karanganyar (APEKA) sebagai dosen tidak tetap. Selanjutnya pada tahun 1989 bekerja pada sebuah perusahan persusuan di Salatiga bernama Nandi Amerta Agung (NAA) sampai 1990.  

Namun suratan takdir berkata lain buat Prof. Yuni. Saat FKH membuka lowongan dosen dipanggil dosen senior di Mikrobiologi untuk mengikuti tes dosen PNS pada tahun 1990. Berkat dukungan & masukan saudara-saudaranya bahwa jika menjadi dosen itu waktunya bisa diatur serta disesuaikan dengan tugas lainnya (merawat anank-anak). Begitu diterima sebagai PNS pada Maret 1990 ia mengajukan resign dari perusahaan tempatnya bekerja. Pada bulan Januari 1991 barulah ia menjadi dosen di FKH UGM bagian Mikrobiologi. Ia benar- benar tidak menyangka doa & harapan ibunya saat ia lulus SMP dulu akhirnya bisa terkabul yaitu menjadi seorang pendidik. 

Untuk mendukung karirnya pada tahun 1995 Prof. Yuni melanjutkan kuliah mengambil gelar master di Sains Veteriner FKH IPB, dan berhasil menamatkan studinya pada tahun 1998. Kemudian begitu gelar S2 berhasil direngkuh ia langsung lanjut kuliah S3 di lembaga yang sama & sukses mendapat gelar doktor pada tahun 2002.

Balik ke kampus tahun 2002 Prof. Yuni kembali ke pekerjaannya sebagai dosen. Seiring tahun berjalan karirnya pelan-pelan meningkat & banyak prestasi direngkuhnya. Seperti penghargaan dosen berprestasi tahun 2006  dari UGM, penghargaan kesetiaan 25 tahun UGM tahun 2015 juga dari UGM, penganugerahan Satyalancana Karya Satya XX tahun 2017 dari pemerintah Republik Indonesia, dll.

Selain sebagai pengajar S1, Profesi, S2 dan S3 Prof. Yuni juga pernah & sedang menjabat beberapa jabatan penting seperti:

  • Sekretaris Bagian Mikrobiologi FKH-UGM 2003-2004
  • Sekretaris Program Diploma3 Kesehatan Hewan, UGM : 2004-2006
  • Ketua I Program Profesi Dokter Hewan 2006-2008
  • Ketua II Klaster Penelitian Kesehatan & Kedokteran pada tahun 2007
  • Anggota Komisi Obat Hewan Direktorat Jenderal Petenakan dan Kesehatan Hewan, Departemen Pertanian 2007-2011
  • Anggota Komisi Ahli Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Petenakan dan Kesehatan Hewan, Departemen Pertanian 2007-2013
  • Ketua Pengelola Program Studi S2 & S3 FKH-UGM pada tahun 2009-2013
  • Anggota Komisi Ahli Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner periode 2014-2019 dan 2019-2024
  • Bendahara Komisariat Alumni Fakultas Kedokteran Hewan UGM (Gamavet) 2014-sekarang
  • Sekretaris Departemen Mikrobiologi periode 2016-2021
  • Ketua Program Studi Magister Sains Veteriner periode 2017-2021 
  • Ketua I Asosiasi Mikrobiologi Veteriner Indonesia (AMVI) 2018-2022
  • Ketua I Persatuan Istri Dokter Hewan Indonesia (PIDHI) Mitra Veteriner DIY 2018-2023

Wanita yang mendapat gelar profesor pada bulan Desember 2014 itu selain menikmati pekerjaannya sebagai seorang pendidik, ia juga sangat menikmati perannya dalam membimbing mahasiswa & mahasiswi baik mengantarkannya mendapat gelar S1, S2, S3. Pernah membimbing skripsi 10 mahasiswa selama setahun dan lulus menjadi dokter hewan berbarengan. Kuncinya adalah pada kedisiplinan waktu bimbingannya, semuanya harus on time on schedule. Mulainya bimbingan dibuat serentak serta lulusnya juga harus bareng untuk menumbuhkan semangat kebersamaan. Sebuah perjuangan yang lumayan berat memang bagi kedua belah pihak namun tatkala bimbingannya sukses mendapat gelar terasa bahagia bukan main.

Sibuk di dunia akademisi, rupanya tidak membuat Prof. Yuni melupakan kesukaannya kepada kain-kain tradisional Indonesia termasuk kebaya. Khusus untuk kebaya bahkan ia sudah menyukainya sejak kecil saat melihat ibunya memakai kebaya. Kesukaan itu berlanjut saat ia dewasa & ketika menjadi dosen ia sering ke kampus mengenakan kain tradisiona. Awal tahun 2019 oleh salah seorang kawannya ia dikenalkan dengan para penggiat kebaya yang tergabung dalam Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) di Jakarta. Kemudian ia disarankan bergabung dengan Perempuan Berkebaya Yogyakarta (PBJ) yang diketuai oleh ibu Mg. Tinuk Suhartini & akhirnya diterima  di komunitas tersebut pada bulan Juni 2019.

Ketika Perempuan Berkebaya Indonesia mengadakan Gerakan Selasa Berkebaya, Prof. Yunipun membiasakan dirinya berkebaya saat masuk kantor & mengajar di hari Selasa. Bahkan karena sudah merasa nyaman bukan hari Selasapun ia juga sering berkebaya. Apalagi ketika kemudian setiap hari Kamis Pahing di lingkungan kampus UGM diwajibkan mengenakan pakaian tradisional termasuk kebaya,  membuatnya semakin mantab & konsisten berkebaya.

Alasan utama Prof. Yuni semakin mantab bergabung dengan PBY adalah karena visi dan misi utamanya melestarikan budaya Indonesia, menggali & menyebarluaskan informasi tentang budaya termasuk kain-kain tradisional tanah air, termasuk kebaya. Di PBY ada  divisi yang mewadahi bagi mereka yang suka menari sambil memakai kebaya namanya Kelompok tari Roro Beras Kencur. Dalam setiap kali pertemuan baik latihan maupun pentas mereka selalu berkain, berkebaya. Prof. Yuni bergabung dengan kelompok tersebut karena merasa senang terwadahi kegiatannya berkebayanya, meski ia sendiri bukan seorang penari. Divisi RBK ini tidak hanya menari, namun juga menyanyi dan main angklung. Bahkan sebentar lagi berencana main gamelan.

Bersama PBY maupun Roro Beras Kencurnya, Prof. Yuni sudah banyak berkegiatan seperti pada event Nitilaku memperingati dies natalis UGM ke-70 tanggal 15 Desember 2019 di boulevard tari “Rara Ngigel”. Kemudian dua kali tampil flashmob pada event Selasa Wage di Malioboro yaitu pada 14 Januari 2020 serta 18 Februari 2020. Juga pernah menari pada event “Festival Gunungan Candi Prambanan” tanggal 31 Desember 2019, menari & bermain angklung bersama 100 wanita berkebaya pada event “Ngruwat, Ngrawat Candi Borobudur” 9 Februari 2020. Tampil menari pada event “2020 Wanita Berkebaya Royal World Records” di Sleman City Hall. Pada event yang disebut terakhir itu rupanya peminatnya membludak sehingga yang hadir sampai 2600-an orang, membuktikan gerakan berkebaya sungguh luar biasa.

Yang paling fenomenal bagi PBJ dengan RBK-nya dan Prof. Yuni tentunya adalah adalah ketika pada tanggal 7 – 10 Desember 2019 ia bersama 22 wanita lainnya dari PBJ dengan PBI Jakarta mengadakan acara bertajuk “Lawatan Budaya Kebaya Goes to Bangkok”. Di Bangkok mereka menari, main angklung, mengadakan workshop / tutorial memakai sarung & kain, serta diskusi masalah kebudayaan di KBRI, Mall MBK & sebuah lokasi terkenal bernama Grand Palace. Prof. Yuni sangat terkesan dengan event tersebut karena sambutan masyarakat Bangkok & turis-turis asing yang kebetulan hadir sungguh antusias. Ia bangga pakaian tradisional Indonesia  mendapat apresiasi begitu gegap gempita dari WNA. 

Event terdekat yang akan diikuti Prof. Yuni bersama PBJ  adalah mengikuti acara “Sarkemfest Yogya Heboh” di Jl. Pasar Kembang pada tanggal 26 Maret 2020. Mereka akan tampil bersama 1.000 wanita berkebaya menari “Kebyar”. Ia dan RBK mengajak perempuan-perempuan penggiat cinta kebaya untuk mensukseskan acara tersebut. Juga menghimbau generasi muda untuk lebih mencintai kebaya. Karena kalau bukan kita, siapa lagi yang akan merawat seni budaya luhur warisan leluhur kita. Demikian pesan Prof. Yuni dengan sungguh-sungguh.    

2 Comments

  1. Bangga sekali bisa berteman dg salah satu wanita hebat ini..
    Sehat sll dan tetap semangat mengajar juga nguri uri budaya asli bnagsa ya Prof…😁🙏🏻👍🏻👍🏻

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*